Bagi saya pengalaman adalah pelajaran paling berharga dalam kehidupan, maka dari itu saya ingin membagikan sedikit pengalaman menarik dalam hidup saya pada tulisan kali ini. Pengalaman tersebut adalah ketika saya berkesempatan mengunjungi Aula Simfonia Jakarta pada tahun 2020.Â
Kunjungan tersebut dalam rangka studi ekskursi Jakarta -- Bandung yang diselengarakan oleh jurusan desain interior di Universitas Kristen Petra Surabaya. Aula Simfonia Jakarta adalah sebuah ruang yang mewadahi konser musik klasik bertaraf internasional terbesar di Indonesia.Â
Aula yang resmi dibuka tahun 2009 dan terletak di daerah kemayoran, Jakarta Pusat ini mampu menampung 1200 pengunjung. Desain yang megah dan kental akan gaya Art Deco telah membuat saya terpikat sejak awal memasuki rangan.Â
Warna coklat keemasan yang mendominasi serta penerapan pilar - pilar besar yang menjulang khas eropa membuat ruangan tampil glamor dan berkesan religius.Â
Tidak lupa ornamen patung emas yang melengkapi di setiap sisi ruangan serta potret - potret komposer terkenal di dunia sebagai bentuk kehormatan akan musik klasik. Â Â
Dalang dari karya menakjubkan tersebut tak lain adalah Dr. Stephen Tong yang dengan kemampuan arsitekturnya tidak hanya membuat ruangan dengan desain yang fantastis namun juga menerapkan akustik ruang yang sangat baik.Â
Teknik pantulan suara, getaran, serta berbagai aspek akustik telah diaplikasikan dengan matang sehingga saya dapat merasakan kualitas tinggi dari audio yang dihasilkan dari atas panggung.Â
Hal tersebut dibuktikan ketika beberapa teman sekelas saya berkesempatan untuk mencoba bernyanyi diatas panggung, meskipun tidak menggunakan mic namun suara mereka dapat terdengar dengan jelas ke segala penjuru ruangan yang cukup besar.Â
Tidak hanya sampai disitu, permainan lighting yang diterapkan mampu membentuk suasana pada ruangan sehingga mendramatisir penampilan. Intensitas pencahayaan tidak terlalu menyilaukan namun cukup memberikan visualisasi yang cerah dan berfokus ke atraksi yang ditampilkan.Â
Saya juga berkesempatan untuk berkeliling di bagian backstage pada akhir kunjungan. Alur sirkulasi yang diterapkan sangat efektif meskipun hanya memanfaatkan lorong yang sempit selain itu terdapat pula ruang khusus untuk performer sebelum maupun sesudah tampil. Sekian pengalaman yang dapat saya bagikan kali ini, semoga dapat menjadi inspirasi dan pengetahuan bagi kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H