[caption id="attachment_318161" align="aligncenter" width="300" caption="http://weinterrupt.com"][/caption]
"Kau tahu, ini bukan tempat aman lagi untuk menghabisi waktu atau bahkan sekedar membuang-buang waktu. Tempat ini sudah berbeda sekarang. Aku mungkin akan pergi dan tinggal di tempat lain. Tenang dan bebas menjalani hari-hariku," kata Ardian padaku.
"Loh kenapa? Bukankah tempat ini menjadi tempat yang begitu kau gemari dahulu?," tanyaku keheranan.
"Itu dulu. Sekarang sudah berubah," katanya dengan tatapan kosong.
Siang yang panas ini hanya menghembuskan angin yang kering dan gerah. Tak ada tanda-tanda akan turun hujan.
"Bahkan perubahan itu tidak berlangsung lama John. Sebentar dan sangat cepat. Lebih cepat dari kesadaranku sendiri," katanya melanjutkan.
"Tinggal dua minggu lagi dan kau akan tahu apa hasil dari perjuanganmu. Hal yang sunggu aneh jika tiba-tiba kau mau pergi dan meninggalkan kota ini. Aku bahkan mendukungmu menentukan sikapmu yang mau memperjuangkannya," kataku sambil menatap tajam matanya.
"Hahaha!!!" Ardian tertawa, lalu menggeser sedikit badannya ke sandaran kursi dan bersandar.
"Kau tahu John? Aku akan menyesali keputusanku waktu itu seumur hidupku. Ya, mungkin seumur hidupku," kata Ardian padaku dengan nada sesal yang pekat.
"Loh apa yang terjadi?" kataku keheranan. Aku mulai penasaran dengan sikap pria di depanku ini sekarang.
"Ya, mungkin seumur hidup aku menyesali keputusan ini. Kau tahu aku kan John? Pernah berkata, seumur hidup tidak akan ikut campur urusan yang seperti itu? Mereka akan tetap menjadi tikus-tikus busuk dan bau anyir. Tapi entah mengapa aku melanggar janjiku sendiri. Lalu memperjuangkan calon tikus busuk yang satu ini!!" katanya padaku dengan suara yang sudah meninggi. Dia bahkan tidak mempedulikan keterkejutanku atas perubahannya sikapnya.