Mohon tunggu...
Steve Lim
Steve Lim Mohon Tunggu... -

US

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jangan Murahan!

8 Januari 2019   04:42 Diperbarui: 12 Februari 2019   11:59 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mengapa "Minoritas" di Indonesia sulit mendapat perhatian di Indonesia? Minoritas dalam hal ini termasuk minoritas dalam konteks suku, agama dan ras, juga termasuk LGBT. Kasus yang bersifat diskriminatif, persekutif terhadap kaum minoritas selama 2017 adalah 155 kasus yang tersebar di 29 propinsi (http://www.tribunnews.com/nasional/2018/01/15/setara-institute-sepanjang-2017-ada-155-peristiwa-pelanggaran-kebebasan-beragama-di-indonesia)! Ini baru kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan, belum termasuk kasus yang menimpa minoritas jenis lain. Jumlah yang sangat mengenaskan. Perhatian dan perlindungan pemerintah termasuk didalamnya Lembaga Yudikatif dan Legislatif masih sangat sangat rendah. Komitmen pemerintah selama ini hanya sebatas wacana tapi pelaksanaan di lapangan masih jauh dari harapan. Setiap pergantian kepemimpinan, belum ada satupun yang berjanji secara politis, baik lisan maupun tertulis mengenai hal ini pada saat pemilihan umum. 

Mengapa? Karena tidak ada yang bisa dan berani memaksa terutama kelompok minoritas.

Adalah merupakan penyangkalan dangkal bila ada yang beranggapan sudah tidak seharusnya ada pengkotakan mayoritas dan minoritas. Kenyataan itu ada, di setiap lapisan masyarakat. Pengelompokan mayoritas dan minoritas tidak tabu. Itu statistik dan tidak buruk. Itu penting untuk kita tahu dan pahami sehingga kita mampu bekerja sama mengatasi perbedaan yang ada secara terbuka, adil dan tidak berburuk sangka.

Selama ini dan terus terjadi berulang-ulang adalah harapan minoritas semoga pemimpin baru akan lebih memperhatikan minoritas. Begitu melihat kenyataan bahwa itu tidak terjadi pada masa pemerintahan itu, begitu menuju pemilihan berikut, harapan kosong itu lagi yang dijadikan alasan untuk memilih ulang pemimpin tersebut walaupun sudah nyata tidak ada tindakan yang berpihak pada mereka. Menyedihkan bukan? Saya tidak membicarakan prestasi pemimpin tersebut dalam bidang lain. Itu lain persoalan. Itu dinikmati semua orang dan setiap pihak bersama.

Politik itu seperti bisnis. Dalam bisnis kita bernegosiasi. Kita memberikan "terms and conditions" kepada lawan bisnis kita. Kalau persyaratan-persyaratan dan klausul-klausulnya tidak cocok ya bisa dinegosiasikan atau diubah sehingga tercapai kesepakatan bersama. Ditandatangani bersama dan dijalankan bersama. Bagaimana cara kita mendapatkan daya tawar atau bargaining power yang lebih tinggi sehingga lawan bisnis kita akan lebih setuju dengan terms and conditions yang kita berikan? We build leverage. Kita bangun persepsi bahwa tanpa kita, bisnis mereka bisa terganggu atau berkurang.

Saya akan menyegarkan ingatan rekan-rekan pada tulisan saya yang lalu mengenai keputusan saya untuk Golput. Saya dicibir, saya diserang, saya dibilang anti Jokowi, saya dianggap pengkhianat, saya ditertawakan, saya dimarahi. Ternyata, 90% orang yang saya kenal dan di sekitar sayapun tidak dapat menerima dan mengerti alasan-alasan saya sebelumnya. Banyak yang membaca tapi tidak banyak yang mengerti. Yang mengerti hanya terhitung dengan satu tangan saya. Tidak lebih dari 3! :D

Saya harus menjelaskan lagi mengapa saya golput. Semoga kali ini setelah saya jabarkan dengan Bahasa yang lebih mudah dicerna, akan lebih banyak orang menerima pemikiran saya. Mengapa saya menyatakan Golput jauh sebelum pilpres? Empat bulan sebelum pilpres tepatnya. Tujuan saya ada beberapa, yaitu:

  • Raise awareness that the current government has NOT really care about justice and discrimination issues and cases involving minorities;
  • That our vote for the current government has to include "terms and conditions" specifically tailored to minorities and force the current government to make commitment to resolve those issues above.

Begitu minoritas bersatu, diharapkan bahwa koalisi Jokowi akan lebih memperhitungkan suara minoritas dan lebih menghargai SETIAP suara minoritas.

Keprihatinan yang sangat sering saya dengar adalah, kalau golput nanti Prabowo menang? Bagaimana? Nanti minoritas akan makin di diskriminasi malah bisa chaos dan radikal. Saya mempunyai keyakinan hal itu tidak akan terjadi, tapi itu bahasan lain dan tidak relevan dengan tulisan saya yang ini.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dan bisa terjadi:

  • Bila koalisi Jokowi TIDAK datang dan menghampiri minoritas yang GOLPUT, artinya apa? Artinya adalah suara kalian TIDAK penting dan TIDAK berpengaruh. Kalaupun menang, apakah kalian-kalian akan menjadi tiba-tiba penting untuk diperhatikan? Tidak! Bertanya pada kalian untuk mendapat suara kalian saja gak, apalagi komitmen untuk melindungi kalian.
  • Kalau memang koalisi Jokowi menganggap suara kalian penting, tentu mereka akan datang dan minimal bertanya, apa yang dapat dilakukan untuk kalian supaya kalian tidak golput lagi dan memilih saya. Disitulah kalian melakukan negosiasi dengan leverage yaitu vote kalian yang menjadi penting itu.
  • Bila koalisi Prabowo merasa suara kalian berguna untuknya, beliau pasti akan datang sendiri untuk bertanya, apa yang kalian inginkan supaya suara kalian untuk saya. Proses yang sama akan terjadi. Negosiasi dan "bargain for what is important to you!"

Sudah lama suara minoritas itu tidak dihargai, atau kalaupun dihargai, sangat MURAH. Hanya karena harapan kosong berdasarkan asumsi sepihak, kita memberikan suara kita secara murah dan tidak pikir panjang. Sudah saatnya kita berpikir lebih strategis untuk ini. Don't give your vote for free!!! Kita ini bernilai dan berharga demikian juga suara kita. Hargai diri kita sendiri sebelum orang lain menghargaimu. Kalau kita menjual suara kita secara cuma-cuma, bagaimana kamu mengharapkan orang itu menghargai diri kamu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun