Krisis ekonomi yang melanda indonesia di tahun 1997-1998 dan juga krisis ekonomi global yang sedang melanda Eropa dan Amerika Serikan saat ini dampaknya sangat dirasakan masyarakat luas khususnya mereka yang memiliki penghasilan kurang. Dampak dari krisis itu ternyata untuk sebagian sangat kecil masyarakat justru tidak begitu dirasakan malah menjadi penopang ekonomi. Mereka yang mampu berahan dari badai krisis itu mayoritas adalah para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi (UMKM Koperasi). Para pelaku usaha ini tetap bertahan bahkan terus maju karena salah satunya mereka mengandalkan bahan baku lokal dan berorientasi pula pada pasar lokal.
Pelaku usaha di bidang UMKM-Koperasi, kini seolah dianaktirikan pemerintah. Pemerintah masih setengah hati memproteksi, mendorong apalagi memberi perhatian bagi pelaku usaha ini. Di berbagai media terbaca & terdengar pemerintah seringkali gembar-gembor telah memberi perhatian pada pelaku usaha ini, nyatanya akses kredit usaha bagi pelaku usaha ini masih sangat sulit. Pelaku usaha UMKM-Koperasi hanya sedikit yang mengenal dan dijangkau oleh lembaga keuangan seperti bank (bank umum-BPR-BPD). Kalau toh terjangkau hambatan terbesar yang dialami soal jaminan aset, dan bagi yang sudah berhasil dijangkau masih juga terkendala pada tingkat suku bunga yang selangit.
Lembaga Keuangan di Pinggiran Jakarta
Sejak 2 Juli 2006 di Kampung Sawah, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi yang berlokasi di sisi timur Jakarta hadir sebuah lembaga keuangan milik masyarakat Koperasi Credit Union Bererod Kampung Sawah (Koperasi CUBKS). Sampai saat ini Koperasi CUBKS memiliki 400 anggota (kecil memang jika dibandingkan dengan beberapa koperasi di sekitarnya yang jumlah anggotanya mencapai seribu) dengan aset lebih dari 8 milyar rupiah. Dan menurut Dinas Perindagkop Kota Bekasi ini adalah koperasi dengan pertumbuhan paling pesat di Kota Bekasi. Sebagai catatan, di tahun buku 2011 Koperasi CUBKS mengucurkan pinjaman sebesar 4,2 milyar.
Sejak bulan Mei 2010 Koperasi CUBKS mempelopori suatu gerakan membantu para pelaku usaha kecil dengan program Pinjaman Harian. Pinjaman ini diberikan pada para pelaku usaha rumahan dan keliling bahkan kepada para supir angkot. Pinjaman yang dikucurkan mulai dari 500 ribu hingga 3 juta dengan masa pinjam 30 hingga 90 hari. Pinjaman pertama hanya boleh maksimal sebesar 1 juta rupaih. Jika pengembalian pinjaman harian ini lancar maka peminjam berhak menaikkan besar pinjamannya 2 juta dan seterusnya 3 juta. Untuk jenis pinjaman ini, peminjam hanya dibebankan balas jasa pinjaman (BJP atau bunga menurut istilah umum) hanya 3 persen perbulan.
Pinjaman harian ini mendapat sambutan luar biasa dari para pengusaha ini. Dari Mei 2010 sampai dengan Desember 2011 pinjaman yang dikucurkan sebesar 2,8 milyar rupiah dengan 2.086 jumlah peminjam. Bahkan untuk tahun buku 2012 (Januari-Februari) telah dikucurkan pinjaman sebesar 1 milyar lebih. Hal yang menggembirakan dari para pelaku usaha ini risiko pengembalian pinjaman mereka sangat-sangat kecil.
Tujuan utama munculnya pinjaman harian adalah memerangi semakin gencarnya para rentenir dengan kedok ‘bank’ keliling yang bunganya mencapai 15-20 persen yang seringkali menjerumuskan para pelaku usaha ini semakin terpuruk dalam hutang yang semakin hari semakin membesar dan berujung pada pengambilan harta benda.
Kehadiran Koperasi CUBKS di tengah-tengah masyarakat Kampung Sawah hendaknya mampu memberi jalan keluar, memberikan kesejahteraan lebih bagi masyarakat yang sangat membutuhkan khususnya para pelaku usaha yang susah mendapatkan akses dari dunia perbankan. Di sisi lain keuntungan yang didapat sebagai lembaga keuangan mayoritas dikembalikan lagi kepada anggota sebagai dividen atas saham dan dividen atas sisa hasil usaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H