Tonggak persatuan rakyat Indonesia sesungguhnya diawali oleh Deklarasi Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 silam.
Kepeloporan pemuda telah mengantarkan Indonesia 17 tahun setelah itu menuju gerbang emas kemerdekaan.
Bahkan Presiden Soekarno memiliki salahsatu motto yang terus menjadi motivasi para pemimpin muda Indonesia yakni "Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia!"
Keyakinan Bung Karno itu bukan tanpa alasan dan bahkan memiliki arti sangat mendalam.
Seharusnya, motto Bung Karno tersebut juga diterapkan pada kehidupan berbangsa dan bernegara dalam segala aspek dan dimensi.
Lihatlah, kini para pejabat dan politikus justru sangat berusaha keras untuk mengamankan posisi dan kekuasaannya, tanpa memberikan kesempatan dan pembinaan bagi para pemuda/i tanah air.
Banyak dari mereka menutup mata atas kisah perjuangan hidup para pemuda/i yang begitu berat dalam mencapai mimpi-mimpi mereka.
Anak pejabat dan politikus sangatlah terbiasa menikmati kemewahan dan keistimewaan baik itu dalam pendidikan, kekayaan, relasi kekuasaan, dan lainnya.
Padahal mereka seharusnya sadar penuh bahwa pendapatan orang tua mereka berasal dari uang rakyat.
Terlalu silau dengan gelar akademik dari universitas ternama dunia, gaya hidup sosialita kelas dunia, dan posisi penting dalam suatu lembaga.
Setidaknya 3 anak Presiden Jokowi yakni Gibran, Kahiyang, dan Kaesang telah menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu silau dengan potensi kemewahan dan keistimewaan yang bisa didapatkan.