Bapak Presiden yang terhormat, selama ini kami tidak pernah mendengar ada satupun aparat keamanan dan pertahanan Negara, baik itu TNI maupun POLRI yang bertransmigrasi. Yang kami tahu, setelah menjadi anggota TNI ataupun POLRI, mereka ditugaskan bukan untuk ditransmigrasi seperti penduduk Indonesia lainnya.
Bapak Presiden yang terhormat, pada dasarnya kami tidak menolak program transmigrasi yang akan dilaksanakan entah itu dari suku dan agama apapun, sebab kami sadar betul bahwa kami adalah bagian dari NKRI. Transmigrasi TNI ke daerah perbatasan yang rawan konflik untuk menjaga patok atau tapal batas, menurut kami akan memecah konsentrasi para anggota TNI itu sendiri. Ketika suatu saat terjadi konflik, mereka akan dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu menjaga dan melindungi keluarga yang ikut bertransmigrasi atau menjaga kedaulatan NKRI. Tentunya tugas ini akan menjadi beban yang berat bagi Anggota TNI itu sendiri. Selain itu, rencana pembangunan 6.000 rumah dengan sistem koloni kami rasa akan menimbulkan suatu kesenjangan sosial diantara penduduk lokal dan transmigran. Kesenjangan ini pada akhirnya akan menimbulkan konflik. Diantaranya adalah perebutan lahan pertanian maupun hutan adat.
Kecenderungan terjadinya konflik akan kian menguat jika kita berkaca dari situasi kehidupan masyarakat saat ini yang hidup dalam kemiskinan dan tertinggal yang sampai detik ini masih kurang diperhatikan oleh Pemerintah.
Menurut kami program dengan anggaran besar (2,7 T) yang akan dilaksanakan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat tersebut tidak tepat. Akan lebih bijak apabila Bapak mengalokasikan dana tersebut untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat di perbatasan melalui program-program pembangunan insfrastruktur, pendidikan, UKM, dan lain sebagainya. Kami yakin Bapak sangat memahami hal ini, dan menarik kembali program yang akan segera dilaksanakan tersebut. Jika ini tetap dilaksanakan mungkin ada sebuah konspirasi yang sedang Bapak bangun dengan menciptakan kesenjangan sosial yang dapat memicu konflik antara Transmigran (TNI dan keluarga) dengan masyarakat lokal (?) , entahlah kami tidak tahu dan tidak juga berprasangka buruk terhadap Bapak.
Bapak presiden yang terhormat, seandainya saja kita dapat berbincang sambil minum kopi bersama, ada banyak hal yang ingin kami ceritakan tentang kisah hidup kami masyarakat Kalimantan. Jangan tanyakan tentang cinta kami akan negeri ini, tapi lihatlah betapa menderitanya hidup kami (masyarakat diperbatasan). jangan tanyakan tentang kesejahteraan kami, tapi lihatlah fasilitas yang kami miliki semuanya tidak memadai.
Salam hangat dari kami PMKRI Cabang Sungai Raya dan masyarakat perbatasan.
100% Katolik, 100% Indonesia
PERHIMPUNAN MAHASISWA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
CABANG SUNGAI RAYA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H