Mohon tunggu...
Surya Setipanol
Surya Setipanol Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang pengelana muda yang meninggalkan rumah demi mencari sebuah jati diri

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Liburan Akhir Tahun dan Wisata di Gunung Bromo

26 Februari 2012   11:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:06 2877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesempatan belum tentu datang dua kali.

Hal itulah yang terbesit dalam pikiran saya untuk selanjutnya memantapkan dan mematangkan diri memutuskan untuk turut ikut serta melakukan perjalanan ke Puncak Gunung Bromo. Setelah sebelumnya dilanda “kegalauan” akibat ketidakjelasan yang “mungkin” mengikat di perguruan tinggi tempat saya menuntut ilmu.

Mulailah kami dengan sebuah tim kecil melakukan petualangan dengan beranggotakan surya (saya), fauji, dedi, risky, sanda, izati. Pada mulanya, kami berada di daerah yang berbeda-beda dan kemudian memutuskan untuk bertemu dan bertamu di Mojokerto, di salah satu rumah teman saya yang ikut andil dalam petualangan ini. Dari Mojokerto bergegaslah kami menuju Terminal Bus Probolinggo. Dari Probolinggo, kami diarahkan untuk menaiki bus mini yang warga sana menyebutnya dengan “Taxi”. Namun ongkos yang ditawarkan sedikit nemberatkan kami yaitu Rp25rb,- Maklum saja, petualangan ini adalah backpacker yang kami lakukan di akhir bulan. Jadi lebih harus berhemat dalam membelanjakan anggaan.

Salah seorang teman saya berinisiatif untuk mencari alternatif kendaraan lain yang lebih murah dan bergegas meninggalkan tempat tersebut. Hari sudah semakin gelap, transportasi yang kami caripun tak kunjung datang. Mencari tumpangan sudah kami usahakan, tapi tak satu kendaraanpun mau memberikan kami tumpangan. Dengan sedikit rasa frustasi, tiba-tiba seorang lelaki menghampiri kami. Setelah beberapa menit melakukan pembicaraan dan akhirnya Beliau menawarkan kami untuk menginap di rumahnya. Rasa heran, senang, bercampur keraguan terbesit dalam hati saya. Sedikit kecurigaan muncul dalam pikiran saya. Zaman sekarang masih adakah orang yang benar-benar baik?. Tiba-tiba mobil patrol polisi lewat, Bapak yang belum kami ketahui siapa namanya tersebut mencoba memberhentikannya. Melakukan pembicaraan dengan polisi yang duduk di kursi depan. Entah apa yang Ia katakan, tak terdengar jelas dari jarak kami dengannya. Kemudian Bapak itupun memanggil kami untuk ikut bersamamnya menaiki mobil patroli tersebut. Kami beranggapan kalau polisi tersebut hendak mengantarkan kami menuju Desa Cemara Lawang, arah menuju Gunung Bromo, tapi ternyata Bapak itu menjelaskan kalau mobil patroli itu membawa kami menuju ke rumah Beliau. Apa boleh buat, mobil sudah berangkat dan kamipun menuju rumah dan menginap di rumah Beliau.

[caption id="attachment_165278" align="aligncenter" width="300" caption="Diangkut mobil patroli polisi"][/caption] [caption id="attachment_165257" align="aligncenter" width="300" caption="Mendapat tumpangan penginapan dan diberikan hidangan makanan"]

13302528551037547125
13302528551037547125
[/caption]

Cerita punya cerita, sekitar pukul 11.00 WIB akhirnya sampailah kami di pemberhentian pertama, Desa Cemara Lawang. Cemara Lawang adalah sebuah desa yang menjembatani ke arah Gunung Bromo dan wisata di sekitarnya. Sebuah tempat peristirahatan orang-orang yang hendak melakukan pendakian ataupu berwisata. Disambut oleh udara dingin yang tiba-tiba datang menerkam di sekujur tubuh. Ditambah lagi cuaca gerimis yang menambah sensasi dingin. Keadaan ini pula yang membatasi kami pada hari itu untuk langsung mendaki Gunung Bromo. Dan di sini pula kami memutuskan untuk mencari penginapan dan mempersiapkan diri untuk menyambut hari esok di Puncak Gunung Bromo.

[caption id="attachment_165258" align="aligncenter" width="300" caption="Cemara Lawang"]

133025307339111474
133025307339111474
[/caption] [caption id="attachment_165259" align="aligncenter" width="300" caption="Desa Cemara Lawang"]
133025314853458046
133025314853458046
[/caption] [caption id="attachment_165260" align="aligncenter" width="300" caption="Bromo from Cemara Lawang"]
13302532281531227611
13302532281531227611
[/caption]

Sekitar pukul 04.00 WIB kami memulai perjalanan. Rute pertama yang akan dituju adalah Penanjakan 1. Hal pertama yang ingin kami lakukan adalah melihat sunrise yang biasa dilakukan di puncak penanjakan ini. Itu sebabnya perjalanan kami dimulai dini hari sekali. Terlihat banyak sekali wisatawan yang hadir di sini, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara semua bersama-sama ingin menikmati keindahan terbitnya matahari dilihat dari atas Penanjakan 1 ini. Dengan suasan yang masih gelap dan berkabut selangkah demi selangkah sampailah kami di atas penanjakan. Kabut semakin tebal, sesuatu yang ditunggu-tunggu tak kunjung kelihatan. Hari itu tidak ada sunrise yang muncul karena tertutupi oleh segumpulan kabut tebal. Sedikit merasa kecewa yang mungkin tidak hanya kami, namun semua yang datang di tempat tersebut merasakan hal yang sama. Tapi tak apalah, masih ada destinasi selanjutnya yang harus kami kunjungi.

[caption id="attachment_165261" align="aligncenter" width="300" caption="Persiapan Perjalanan dari Penginapan menuju Pendakian 1"]

1330253315696840247
1330253315696840247
[/caption] [caption id="attachment_165264" align="aligncenter" width="300" caption="Pendakian 1"]
1330253620939426401
1330253620939426401
[/caption] [caption id="attachment_165265" align="aligncenter" width="300" caption="suasana di pendakian 1"]
1330253664961040428
1330253664961040428
[/caption] [caption id="attachment_165266" align="aligncenter" width="300" caption="Gunung Bromo & Semeru dilihat dari pendakian 1"]
13302537212086446023
13302537212086446023
[/caption] [caption id="attachment_165277" align="aligncenter" width="300" caption="Momen terindah @pendakian 1"]
1330254635345709391
1330254635345709391
[/caption] [caption id="attachment_165267" align="aligncenter" width="300" caption="Turun dari Puncak Pendakian"]
1330253775659840451
1330253775659840451
[/caption]

Perjalanan kami lanjutkan menuju safana dan pasir berbisik. Safana adalah sebuah tempat yang dapat dikatakan padang rumputyang juga terletak di sebelah Gunung Bromo. Sebuah kawasan yang penuh dengan hijaunya bukit gundul. Sementara pasir berbeisik adalah padang pasir yang kerap kali angin bertiup menggerakan pasir-pasir tersebut membentuk suara seolah pasir tersebut sedang berbisik. Konon nama tersebut tercipta karena daerah tersebut dijadikan lokasi syuting film yang berjudul “pasir berbisik” yang dibintangi oleh aktris favorit saya mbak Dian Sastro Wardoyo. Kini menjadi popular sebagai salah satu tempat wisata di Taman nasional Gunung Bromo. Setelah melakukan beberapa kali sesi pemotretan di tempat-temoat tersebut, kami bergegas meninggalkan dan mulai menuju destinasi utama kami yaitu Puncak Gunung Bromo.

[caption id="attachment_165268" align="aligncenter" width="300" caption="Safana"]

13302538452000642754
13302538452000642754
[/caption] [caption id="attachment_165269" align="aligncenter" width="300" caption="Menuju Safana & Pasir Berbisik"]
13302538751291653737
13302538751291653737
[/caption] [caption id="attachment_165270" align="aligncenter" width="300" caption="Tendangan tanpa bayangan @Pasir Berbisik"]
1330253922834365469
1330253922834365469
[/caption]

Berjalan sekitar 5 km di tengah hamparan badai pasir menuju kaki Gunung Bromo. Seperti suasana di film-film, hembusan butiran pasir bercampur grimis rintikan hujan serta partikel-partikel kotoran kuda menjadi satu membentuk gelombang angin yang dahsyat. Dengan jarak pandang yang terbatas, kami berjalan terus dan lurus ke depan mencapai Gunung Bromo.

[caption id="attachment_165276" align="aligncenter" width="324" caption="Badai Pasir layaknya di Mesir"]

1330254487559542209
1330254487559542209
[/caption]

Sampailah akhirnya di jalur anak tangga yang menuju pemandangan kawah Gunug Bromo. Ratusan anak tangga kami dijejaki menuju puncak kawah. Inilah untuk kali pertamanya buat saya menyaksikan langsung kawah Gunung Berapi. Kami gemetar tatkala melihat ke arah bawah gunung. Pinggiran kawah tempat kami berdiri tanpa ada pegangan ataupun batasan membuat kaki saya merinding untuk melangkahkan kaki. Sedikit saja terpeleset, langsung terperosot ke bawah. Menakutkan memang, tetapi itulah tantangannya. Saya harus berani melawan ketakutan diri sendiri. Memberanikan diri untuk duduk di tepian lereng dengan tak lupa mengabadikan momen tersebut.

[caption id="attachment_165271" align="aligncenter" width="300" caption="Anak Tangga Kaki Bromo"]

1330254014250061457
1330254014250061457
[/caption] [caption id="attachment_165272" align="aligncenter" width="300" caption="Duduk di tepian Kawah Bromo"]
1330254087805382585
1330254087805382585
[/caption] [caption id="attachment_165273" align="aligncenter" width="300" caption="@Puncak Gunung Bromo"]
1330254128564759389
1330254128564759389
[/caption]

Cuaca mendung gelap dan gerimis memaksa kami menyudahi pendakian. Puas rasanya bisa melakukan perjalalan tersebut. Ini adalah pengalaman pertama bagi saya mendaki gunung. Dan ini pula yang menambah semangat saya untuk melakukan perjalanan dan pendakian kebanyak gunung yang ada di Indonesia.

[caption id="attachment_165274" align="aligncenter" width="300" caption="Background Gunung Batok"]

13302541882118262057
13302541882118262057
[/caption] [caption id="attachment_165275" align="aligncenter" width="300" caption="ours"]
13302542371053109938
13302542371053109938
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun