Pada suatu negara ketersediaan pangan sangatlah ditentukan dengan bagaimana kondisi iklim dari negara tersebut (Suharyanto, 2011). Pada saat ini negara Indonesia sedang dihadapkan dengan suatu fenomena El-Nino dimana hal tersebut bisa berpontensi memberikan dampak yang besar terhadap ketahanan pangan di negara kita.
      Banyak sekali dampak yang telah dirasakan oleh masyarakat, dimulai kekeringan hingga yang menjadi permasalah yaitu berkurangnya produksi dan juga pasokan pangan. Dengan adanya hal tersebut dihawatirkan nantinya jika berlanjut dalam kurun waktu yang lama akan terjadi ketidak seimbangan antara jumlah masyarakat dengan ketersediaan dari bahan pangan. Jika terjadi hal tersebut maka bisa saja terjadi kelangkaan bahan pangan yang nantinya bisa menyebabkan kenaikan bahan pangan.
      Untuk mewujudkan ketahanan pangan perlu ada peran pemuda sebagai motor penggerah demi medukung ketahanan pangan di Indonesia (Sostenes Konyep, 2021). Pemuda merupakan tonggak penggerah kepemimpinan bangsa ini dimasa depan. Generasi penerus merupakan hal yang tidak bisa dihindari ataupun ditolak, semua bangsa jika mereka ingin bangkit, bertahan, serta berjaya pada bidang pertanian pasti sudah mempersiapakan keberlangsungan generasi selanjutnya untuk bisa paham serta mencintai pertanian.
      Tetapi bisa dilihat bahwa generasi muda pada bangsa ini lebih cenderung ketika sudah tamat sekolah mereka akan lebih memiih meninggalkan desa atau bisa dikatakan meninggalkan pertanian untuk bekerja ke kota-kota besar dan bekerja pada sektor lain, mereka berdalih bahwa sektor pertanian tidak bisa memberikan banyak harapan bagi kehidupan mereka nantinya dimasa depan sehingga mereka lebih cenderung lebih memilih ke sektor selain pertanian seperti sektor industry yang lebih memberikan harapan bagi mereka.. Pola pikir tersebut sudah menjadi doktrin bagi para pemuda, pemikiran tersebut bisa saja didapat dari orang tua dari guru, atau juga bisa dari sahabat dekat (Arvianti et al., 2019).
      Bagi beberapa pemuda memandang dunia pertanian merupakan dunia yang kuno, kurang menarik. Padahal, pada pertanian merupakan salah satu sektor yang ikut serta dalam membantu ketahanan pangan negeri ini.  Dengan seperti itu para generasi muda diharapkan bisa membantu pada sektor pertanian agar semangkin maju, nantinya bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang nantinya bisa menciptakan ide dan inovasi yang baru.
      Oleh karena itu, Bank Indonesia memiliki program unggulan untuk wujudkan ketahananan pangan. Ada tujuh program unggulan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNIP) yang Bank Indonesia sudah siapkan bersama Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah yaitu terdiri dari :
- Dukungan pelaksanaan kegiatan operasi pasar/pasar murah/stabilasi pasokan dan Harga Pangan
- Penguatan ketahanan pangan strategis, perluasan kerja sama antar daerah (KAD)
- Dukungan subsidi ongkos kirim
- Penguatan ketahanan komoditas holtikultura dan pasokan pangan strategis
- Peningkatan pemanfaatan alsinta dan saprotan
- Penguatan infrastruktur teknlogi, informasi, komunikasi diantaranya neraca pangan daerah
- Penguatan koordinasi dan komunikasi untuk menjaga ekspetasi inflasi.Â
Pada berbagai kesemepatan yang ada, Bank Indonesia melalui GNPIP mendorong masyarakat, terutama generasi muda. Dengan harapan besar bahwa dapat merubah pola pkir masyarakat dari pembeli menjadi penghasil yang mengutungkan banyak pihak. Â Ketersediaan pangan bukan hanya berperan sebagai stabilitas ekonomi dan nasional, tetapi ketersediaan pangan juga menjadi hak asasi manusia yang seharusnya wajib hukumnya diperbarui. Jadi untuk para generasi muda, ayo kita semua ikut berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan serta kemandirian pangan di negeri ini.
DAFRAR PUSTAKAÂ
Arvianti, E. Y., Masyhuri, M., Waluyati, L. R., & Darwanto, D. H. (2019). Gambaran Krisis Petani Muda Indonesia. Agriekonomika, 8(2),
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H