Mohon tunggu...
Stevani Gunawan
Stevani Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

saya merupakan mahasiswa kedokteran hewan universitas airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pendekatan One Health oleh Gen-Z untuk Pengendalian Penyakit Leptospirosis pada Petani di Yogyakarta

21 Juni 2024   23:55 Diperbarui: 22 Juni 2024   00:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit adalah suatu hal yang sudah ada sejak kehidupan manusia sejak zaman terdahulu. Penyakit dikatakan sebagai suatu hal negatif oleh manusia karena sifatnya yang merugikan. Begitu banyaknya penyakit, membuat ilmu kedokteran, kesehatan, sains, dan bahkan teknologi juga berkembang untuk mengupayakan pencegahan berbagai penyakit berbahaya. Melalui perkembangan ilmu kesehatan, ada banyak macam dan klasifikasi untuk penyakit, salah satunya adalah "tropical disease" atau penyakit tropis. Penyakit tropis adalah penyakit yang berasal dari wilayah tropis atau subtropis, terjadi karena faktor lingkungan, biologis, dan sosial sehingga mendukung tingginya keragaman patogen, vektor, dan inang. Salah satu contoh penyakit tropis adalah leptospirosis. Leptospirosis adalah salah satu penyakit tropis zoonosis yang berarti penyakit yang ditularkan hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dari genus Leptospira. 

Penularan leptospirosis dapat disebabkan oleh kontak langsung kulit yang luka dengan urine atau cairan reproduktif dari hewan yang terinfeksi, kontak dengan air atau tanah yang sudah terkontaminasi, meminum atau memakan air atau makanan yang sudah terkontaminasi bakteri leptospira. Pada hewan, gejala leptospirosis ditunjukkan dengan perilaku tidak mau makan, demam, muntah, depresi, dan ketidakmampuan untuk bereproduksi. Sedangkan pada manusia, gejala saat sudah terjangkit leptospirosis hampir mirip dengan gejala flu biasa. Meskipun memiliki gejala yang terlihat sepele, leptospirosis dapat berakibat fatal. Leptospirosis dapat mengakibatkan gagal ginjal dan masalah pernapasan yang bisa menyebabkan kematian.

Indonesia, sebagai negara tropis, sangat rentan terhadap leptospirosis. Pada tahun 2019, tercatat ada 920 kasus leptospirosis dengan jumlah kematian mencapai 122 kasus. Kasus-kasus ini merupakan hasil laporan dari 9 provinsi, yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Utara. Pada tahun 2022, tercatat ada 16 kasus leptospirosis yang terdeteksi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari jumlah tersebut, 2 orang mengalami kematian. Sedangkan pada tahun 2023, dari bulan Januari hingga Oktober, sudah ditemukan 22 kasus warga yang terjangkit leptospirosis. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta, warga yang terjangkit leptospirosis umumnya memiliki rumah yang dekat dengan sawah. Mereka banyak beraktivitas mengolah sampah dan jarang memperhatikan genangan air. Untuk mencegah kematian akibat leptospirosis, edukasi yang baik terhadap penyakit ini sangat diperlukan. Masyarakat seringkali "kelewatan" karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gejala leptospirosis yang mirip dengan gejala flu biasa. Akibatnya, mereka tidak segera menindaklanjuti gejala tersebut hingga kondisi memburuk dan berakhir dengan kematian. 

Berbeda dengan kota metropolitan seperti Jakarta, Yogyakarta masih memiliki banyak warga yang bermata pencaharian sebagai petani. Warga-warga ini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi leptospirosis melalui luka atau abrasi pada kulit yang terkena air atau tanah yang telah terkontaminasi oleh urine hewan. Dalam hal ini, tikus yang telah terjangkit leptospirosis. Sebagai generasi muda yang melek teknologi (Gen Z), tentunya informasi lebih mudah diakses. Gen Z dapat memberikan informasi kepada kerabat mereka yang merupakan petani untuk lebih waspada terhadap hama tikus karena tikus merupakan vektor penyebaran penyakit leptospirosis. Gen Z juga dapat melakukan pengabdian masyarakat dan penyuluhan untuk mengurangi populasi tikus dan mengedukasi tentang pentingnya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kepada petani-petani di Yogyakarta. Tidak hanya terbatas pada petani, Gen Z juga dapat menyebarkan dan mengedukasi sesama Gen Z melalui platform media sosial agar informasi tentang leptospirosis dapat tersebar lebih luas. Pemberian edukasi kepada petani sebagai kelompok yang rentan terkena leptospirosis sangat penting untuk mencegah penyebaran dan mengurangi angka kematian akibat penyakit ini. Namun, tidak hanya terbatas pada pemberian edukasi mengenai penyakit, Gen Z sebagai inovator juga dapat memberikan kontribusi terhadap pencegahan penyakit leptospirosis dengan cara membuat alat untuk mencegah masuknya tikus ke dalam sawah, atau dengan membuat alat filtrasi air yang dapat membunuh bakteri leptospira yang sudah berada pada air maupun tanah sawah. Hal lain yang bisa dilakukan Gen Z adalah menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap kasus leptospirosis pada pemerintah sehingga akan ada gerak nyata dari pemerintah. Dari sana, pemerintah dapat menggabungkan Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, dan Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan penyuluhan tentang leptospirosis yang ditujukan kepada para petani di Yogyakarta sehingga dapat dilakukan pencegahan berbasis One Health. 

Leptospirosis adalah salah satu penyakit tropis yang berbahaya. Meskipun memiliki gejala yang sepele, tapi sebenarnya mematikan. Penyakit ini dapat menular melalui kontak dari kulit yang terluka dengan urine atau cairan reproduktif dari hewan yang terinfeksi, terutama tikus. Gejala leptospirosis sangat mirip dengan gejala flu biasa, sehingga seringkali tidak disadari oleh penderita hingga kondisi memburuk. Indonesia, khususnya Yogyakarta, memiliki banyak petani yang terkena leptospirosis. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pencegahan dan penanggulangan leptospirosis yang melibatkan semua pihak, terutama generasi muda (Gen Z) dan pemerintah. Gen Z dapat berperan aktif dalam memberikan informasi, edukasi, dan advokasi kepada masyarakat tentang bahaya dan cara menghindari leptospirosis dengan bantuan pemerintah menggunakan konsep One Health. Dengan demikian, diharapkan angka kematian akibat leptospirosis dapat menurun dan kesehatan masyarakat dapat terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R, Djasri, H & Fitriana, V 2019, 'Evaluasi Manajemen Kontrol 

Leptospirosis Berbasis One-Health di Kabupaten Boyolali', BKM Journal 

of Community Medicine and Public Health, vol. 35, no. 8 , hh. 283-289.

Meilikhah 2023, Dinkes Yogyakarta Ingatkan Warga Waspada Leptospirosis, Metro 

TV News, dilihat 3 Juni 2024, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun