Seorang anak laki-laki usia sekitar 7 tahun berdiri terpaku di tengah ruangan Museum tempat saya bekerja. Ia tidak memperhatikan sekeliling termasuk Ibunya yang tengah asik melihat-lihat ruangan. Si anak terlalu fokus menatap layar hp android yang  suaranya diputar cukup keras. Agaknya Ia sedang asik menonton video Youtube.Â
Nah, persoalan mulai timbul ketika sang Ibu pingin berfoto menggunakan hp di tangan putranya.Â
Kemarahan anak pada Ibu berhijab itu meledak. Ia berteriak seakan tidak rela barang miliknya dipinjam walau sebentar saja. Beruntung keributan tidak berlangsung lama. Ponsel tersebut berhasil diserahkan pada saya sebagai pemandu tour. Setelah foto bersama mereka selesai dipotret, seketika si anak langsung merenggut hp dari tangan saya dengan gerakan kasar, dan wajah cemberut. Meski demikian sang Ibu tak pernah memperingatkan, terkesan Ia sudah biasa.
Saya pun jadi teringat pada salah satu episod kartun animasi berjudul "Minilemon". Sebuah episode yang diberi judul "Game Baru"memperlihatkan tokoh Ucup yang keasyikan bermain game, bahkan sampai malam. Akibat kecanduan main gadget, Ucup jadi cuek pada sekitarnya, termasuk sahabat bernama Minggus, dicuekin. Persis seperti anak yang hanya perduli sama dunia online tadi.
Wah, keesokan harinya si Ucup jadi mengantuk, sampai-sampai Ia tercebur ke sungai, saat lagi mancing bersama Minggus!Â
Waduh! dari dunia nyata sampai konten film animasi, begitulah efek terlalu candu nonton Youtube maupun game online, anak-anak jaman sekarang jadi males gerak (mager) atau pasif. Selain itu relatif cuek sama sekitarnya, bahkan cepat emosional.
"Adik-adik, main game secukupnya saja ya, jangan sampai lupa waktu," demikian pesan penutup dari kakak-kakak kreator Minilemon di Surabaya.
 Serba-Salah Dunia Parenting : Mesti "Keras" atau "Lunak" ?
Dari cerita pengalaman saya tadi, apakah Anda berpikir jika perlakuan buruk anak-anak, seperti halnya berteriak dan sebaliknya cuek, masih taraf biasa-biasa saja? Sementara waktu mungkin Anda mengira bukan perkara serius. Namun kian melangkah jauh ke depan ini takkan bagus untuk porsi watak dewasanya.
Bagaimanapun, suasana panas-dingin rumah memiliki andil cukup besar disini. Apakah ayah atau ibu sering melontarkan kalimat bernada tinggi sehingga tertanam dan direpetisi anak. Bahkan Ia jarang diperingatkan supaya bicara lebih sopan pada orang dewasa. Ditambah lagi perilaku sehari-hari penghuni rumah yang mungkin sulit jadi panutan positif. Disini pasti ada pengaruh gadget disertai efek dunia medsos digital yang kian merasuk lebih jauh. Â