Di tanah kering,
ronga-rongga suara tercekat hukum pasung
Lidah kelu kami,
Lama nian dikebiri aturan bernada sumbang;
“Jangan banyak menulis. Nanti kau jauh jodoh”
#
Dan kala senja hati meronta-ronta
Pada tembok batu sedu-sedan terhisap
Namun dia enggan bergema,
Meskipun hujan membuncah dari bola mata gelap
Menuju muara bergincu delima
#
Ya, inilah garis lahir kami
Para perempuan yang memijak tapal batas tradisi
Saat harkat-martabat teruji di setiap bilik dapur
Saat tubuh berakhir dalam ranjang pengantin
Ketika itu kata dewasa sebatas hitung cepat
Dan mimpi-mimpi merdeka atas ketubuhan diri
Larut oleh hukum pasung pada tapal batas tradisi
#
Tetapi pada suatu ketika mungkin hukum lampau akan surut
Saat kelambu pasung tersingkap, matahari terbit dengan riang
Para perempuan terlahir tanpa dijerat tali kekang
Mereka dibebaskan untuk mencintai tanpa syarat
Cinta yang memurnikan dunia,
menghidupi semangat para perempuan
supaya lantang suara dan tajam tulisan mereka,
sanggup memanusiakan manusia
memerdekakan setiap kaum terjajah, dari kelemahan manusiawinya
#
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Puisi Kartini
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community(cantumkan link FB tersebut di karya Anda)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H