Inflasi telah menjadi salah satu isu ekonomi yang paling menonjol di Indonesia pada tahun 2023. Di tengah pemulihan ekonomi global pasca-pandemi, berbagai negara menghadapi lonjakan inflasi yang disebabkan oleh kombinasi faktor global dan domestik. Bagi Indonesia, tantangan ini semakin rumit dengan adanya ketidakpastian geopolitik, gangguan rantai pasokan, serta fluktuasi harga komoditas.
Penyebab Inflasi di Indonesia pada Tahun 2023
Beberapa faktor utama yang mendorong inflasi di Indonesia pada tahun 2023 mencakup faktor global dan domestik. Kenaikan harga komoditas global menjadi salah satu penyebab utama, terutama di sektor energi dan pangan. Sejak awal 2022, ketegangan geopolitik, seperti perang Rusia-Ukraina, telah memicu kenaikan harga minyak mentah dan gas alam. Hal ini berdampak langsung pada negara-negara pengimpor energi seperti Indonesia, yang kemudian mengalami lonjakan harga bahan bakar dan tarif listrik.
Selain energi, harga pangan global juga mengalami kenaikan. Ketergantungan Indonesia pada impor bahan pangan, seperti gandum dan kedelai, membuat harga makanan domestik ikut terdampak. Perubahan iklim juga memperburuk keadaan, karena menyebabkan hasil pertanian global menurun, yang pada gilirannya meningkatkan harga pangan di pasar internasional.
Di sisi domestik, peningkatan permintaan setelah pandemi turut menjadi pendorong inflasi. Ketika masyarakat kembali melakukan aktivitas normal, konsumsi barang dan jasa meningkat, sementara rantai pasokan dan produksi belum sepenuhnya pulih. Ketidakseimbangan antara permintaan yang meningkat dengan penawaran yang terbatas ini menyebabkan kenaikan harga pada berbagai sektor, terutama di sektor transportasi, perumahan, dan makanan. Akibatnya, harga barang konsumsi di dalam negeri meningkat, yang secara langsung mempengaruhi daya beli masyarakat dan memicu inflasi.
Dampak Inflasi terhadap Perekonomian
Inflasi yang tinggi memiliki dampak yang luas terhadap perekonomian. Salah satu dampak yang paling terasa adalah penurunan daya beli masyarakat. Kenaikan pada suatu harga barang dan jasa ini menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak lagi uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Hal ini sangat dirasakan oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, yang sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan dan kebutuhan dasar lainnya.
Selain itu, inflasi juga mempengaruhi sektor usaha. Dengan kenaikan pada harga bahan baku dan energi biaya produksi, sementara daya beli masyarakat yang melemah membuat mereka sulit untuk menaikkan harga produk tanpa kehilangan pelanggan. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat pertumbuhan UKM, yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Di tingkat makro, inflasi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Ketika harga barang dan jasa naik dengan cepat, ketidakpastian ekonomi meningkat, yang membuat investor cenderung menunda investasi. Hal ini dapat memperlambat ekspansi ekonomi dan menghambat penciptaan lapangan kerja.
Kebijakan Moneter dari Bank Indonesia
Dengan adanya menaikkan suku bunga, Bank Indonesia berharap dapat mengurangi konsumsi dan investasi. Ketika suku bunga lebih tinggi, biaya pinjaman menjadi lebih mahal, yang menyebabkan konsumen dan dunia usaha cenderung mengurangi pengeluaran. Dalam jangka pendek, hal ini membantu mengurangi tekanan permintaan dan menekan kenaikan pada harga.
Bank Indonesia ada juga melakukan intervensi pada (valas) yang tujuannya menjaga nilai tukar pada rupiah. Jika rupiah melemah terlalu tajam, Bank Indonesia melakukan intervensi dimana dengan menjual cadangan devisa. Langkah ini mengurangi dampak inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga impor.
Kebijakan makroprudensial juga diterapkan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah inflasi yang tinggi. Bank Indonesia memperketat pengawasan terhadap kredit perbankan, terutama di sektor-sektor yang rentan terhadap risiko inflasi. Dengan langkah ini, diharapkan dapat mencegah terjadinya lonjakan kredit macet yang dapat mengganggu stabilitas sektor perbankan.
Tantangan dalam Pengendalian Inflasi
Salah satu tantangan yang utama adalah keseimbangan antara pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan suku bunga memang dapat menekan inflasi, tetapi jika dilakukan terlalu agresif, hal ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Sektor riil, terutama UKM dan rumah tangga berpenghasilan rendah, bisa terdampak oleh penurunan permintaan akibat biaya pinjaman yang lebih tinggi.