Pesta demokrasi baru saja selesai, belum juga diumumkan oleh KPU, tetapi sudah ada berita tentang caleg-caleg yang mulai stress, dari meminta uang kembali, meminta barang yang telah diberikan, sampai pada mengunjungi padepokan untuk mendapatkan ketenangan jiwa.
Pada saat ingin maju menjadi caleg, saya yakin sekali para caleg tentunya sudah sangat paham dan seharusnya mengerti bahwa probalitas dari pesta demokrasi ini adalah menang dan kalah. Berita-berita tentang caleg stres juga bukan baru-baru muncul. Fenomena caleg stres yang tidak siap kalah dan banyak yang menjadi penghuni RS jiwa, sudah banyak diberitakan pada pemilu periode-periode sebelumnya.
Pertanyaan yang menggelitik yaitu : Hal tersebut apakah tidak disadari oleh para caleg? bagaimana kompetensi dari caleg-caleg yang ikut pileg? Apa motivasi ikut menjadi caleg? Apakah dengan menjadi wakil rakyat, niatnya betul2 akan memikirkan rakyat? Â Dengan gaji yang diperoleh sebagai wakil rakyat, apakah bisa menutup biaya yang telah dikeluarkan untuk nyaleg?
Jika kita memikirkan dan  merenungi dengan hati yang jernih dengan melibatkan logika sebagai filternya. Mungkin akan banyak pertanyaan kritis dan banyak sekali permasalahan yang bisa di inventaris. Misalnya, Seorang yang kompetensinya tidak jelas, kapabilitasnya tidak jelas, tiba-tiba maju sebagai caleg. Bahkan lebih menyedihkan lagi, ada yang menggunakan pinjaman untuk membiayai kampanyenya. Selain itu juga ada (maaf) tukang becak yang juga turut menjadi caleg.  Ini bukanlah untuk merendahkan para caleg-caleg yang telah maju, tetapi dari pemikiran kritis, kenapa ini bisa terjadi? Apakah Indonesia tidak ada putera putri lebih layak menjadi wakil rakyat? Atau karena yang membela rakyat kecil itu justru tidak ada sehingga rakyat kecilpun sudah berani maju menjadi caleg?
Saya pribadi menaruh hormat kepada para caleg yang maju dalam pileg 2014. Jika niatnya adalah benar-benar ingin membawa perubahan bagi Indonesia. Akan tetapi Hitungan ekonomi jika sudah mengeluarkan uang begitu banyak, apakah tidak berharap kembali? Atau memang ini untuk pengorbanan kepada rakyat? Lalu kenapa stres ketika tidak terpilih?????
Politisi selalu mengatakan bahwa politik adalah pengabdian. Apakah memang benar seluhur itu niatnya? Silahkan dipikirkan dan renungkan dengan hati nurani. Dinegeri ini, saya yakin dan percaya! yang ingin mengabdi kepada nusa dan bangsa sangat banyak. Tapi yang ingin mengorbankan uang beratus-ratus juta demi  'pengabdian' masih tidaklah banyak. Apalagi rela berhutang.
Untuk duduk menjadi wakil rakyat saja sudah harus keluar uang ratusan juta. Bagaimana kalau sudah duduk, tidak mengharapkan modalnya kembali? Lalu mengapa banyak wakil rakyat yang ketangkap KPK dan terlibat dalam banyak kasus proyek-proyek? Dalam keseharian mungkin ini sudah sering kita dengar dan mungkin juga telah dianggap suatu yang wajar. Lama-kelamaan telah menjadi budaya, yaitu budaya korupsi. Banyak politisi dan pemimpin selalu menyerukan untuk memberantas korupsi, tetapi belum pernah mendengar mereka melakukan inventarisasi masalah-masalah yang membuka peluang terjadinya korupsi.
Inilah yang sebetulnya menjadi tantangan pemimpin sejati dan seharusnya para pemimpin pikirkan dan membuat perubahan yang berarti. Bagaimana korupsi bisa diberantas jika secara sistematis sudah terkondisi seperti itu?  Saya sendiri tidak mempunyai keyakinan hal ini akan di lakukan oleh pemimpin di negeri ini, tetapi sebagai bagian dari rakyat Indonesia tentunya saya juga punya harapan agar Indonesia kedepannya lebih baik dan maju.  Sebuah pemikiran untuk Indonesia lebih baik, Apakah pemimpin di negeri berani mengubah dan menentukan prosedur menjadi caleg? Misalnya, untuk menjadi caleg harus melewati semacam uji kompetensi layaknya sebuah korporasi merekrut calon karyawan, Peguruan tinggi negeri menerima mahasiswa. Pemerintah mencari pegawai negeri. Ujian kompetensi untuk profesi konsultan.
Bisakah ini terjadi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H