“Development for all”, kalau harus ada pembangunan semua harus merasakan hasil pembangunan itu, pendidikan pun juga harus menjadi “education for all”, jangan karena miskin tidak bisa sekolah, mereka juga memiliki hak yang sama, mereka juga memiliki mimpi yang sama untuk menjadi apa dan siapa di negeri ini”. Kata kata ini pernah terucap oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan sekitar 1000 penerima beasiswa Bidikmisi dari seluruh Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (27/2/2014)
Mengenang setiap hal baik dan mungkin luar biasa yang ia lakukan untuk merubah negeri ini, tentu sesuai kapasitas dan kewenangannya sebagai seorang presiden. Namun meski demikian tidak perlu kita lantas memperlakukan bhaktinya sebagai hal lumrah yang tak perlu diapresiasi, minimal dengan ucapan “terima kasih”. Karena meskipun itu adalah tugas seorang presiden jangan lantas take it for granted, kita pasti sama-sama maklum, ada lho presiden yang seolah tidak membawa perubahan bagi Indonesia secara sistemik. Ada yang cuma ribet ngurusin politik dan perseteruannya dengan rival-rival politik. Jadi, saya rasa bukan hal berlebihan kalau saya merasa harus mengucap terima kasih pada pak SBY.
Seperti kita semua tahu, empat strategi pembangunan yang tengah dijalankan pemerintah saat ini yaitu Pembangunan yang pro pertumbuhan, pro penciptaan lapangan pekerjaan, pro pengurangan kemiskinan dan pro pelestarian lingkungan (four tracks strategy dalam pembangunan) merupakan rumusan yang lahir dari kepemimpinan pak Beye juga, minimal kita tidak lagi curiga kepada para pegawai negeri dan pejabat pemerintah di berbagai kementrian yang selama ini lekat dengan stereotype “pemalas”, “Ongkang-Ongkang” dan “makan gaji buta” Karena nyata ada yang berubah di negeri ini menuju arah yang lebih baik.
Khusus untuk pengentasan kemiskinan melalui pendidikan diterapkan “Dual tracks strategy” yaitu mengurangi kemiskinan di satu sisi dan membantu anak anak dari keluarga kurang mampu untuk memperoleh pendidikan tinggi seperti program bidik misi di lain sisi. “Hanya dengan cara itulah negeri ini bisa terus bergerak maju, makin aman,makin demokratis,dan makin sejahtera” Ucap Presiden kala itu di hotel bidakara. Pada kesempatan ini, saya masih ingat bagaimana ia berlinang air mata mendengarkan penuturan seorang mahasiswa kedokteran,yang berasal dari keluarga sangat miskin, yang kuliah sepenuhnya karena ada program bidik misi, ditanggung oleh negara, dari mulai biaya SPP, biaya indekost hingga biaya untuk makan sehari-hari. Sungguh ini sesuatu yang dua puluh tahun lalu jarang terdengar, Dua puluh tahun yang lalu ketika saya kuliah, lebih sering terdengar keluhan semacam "kalau miskin ya udah miskin aja,nggak usah mimpi kuliah gratis, di kedokteran pula....". Ada program pemerintah yang memberi beasiswa untuk mahasiswa, namanya "Supersemar" nilainya kurang lebih hanya Rp.25.000 per semester, dicairkan kadang sekaligus tiga semester sehingga diterima seperti lumayan Rp.75.000, sementara uang SPP per semester di universitas negeri saat itu adalah Rp.120.000 per semester. Jadi program bidikmisi dan program-program beasiswa lain di masa Pemerintahan SBY memang harus diakui lebih mencukupi,dan akan terasa sekali menolong mereka yang kepayahan dalam hidup ini.
Masih dalam rangka mengenang apa yang pak Beye lahirkan, itu lho BOS – Bantuan Operasional Sekolah. Lahirnya kebijakan khusus di bidang pendidikan yaitu program BOS untuk pendidikan dasar dan menengah, dan program Beasiswa untuk pendidikan tinggi,. adalah untuk mengimplementasikan prinsip “education for all”. Melalui program program tersebut pemerintah memberi bantuan pendidikan bahkan menggratiskan pendidikan bagi anak anak Indonesia. Hal ini telah menjadi tanggungjawab negara yang diamanatkan melalui Undang Undang no 12 tahun 2012 pssal 74 ayat 1 . Sebelumnya kebijakan khusus ini masih berupa peraturan menteri (permen) dan peraturan presiden (PP). Jadi siapapun presiden Indonesia, semua program pro rakyat ini akan tetap ada, kecuali kalau presiden baru yang ketujuh nanti kemudian ngotak ngatik dan menghapus program program di kementrian pendidikan ini. Ya mudah-mudahan sih tidak begitu ya, supaya tak perlu lagi tumpah berliter liter air mata untuk ketertinggalan negeri ini.
Bidikmisi adalah Program Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang berkonsentrasi pada penyaluran dana bantuan biaya pendidikan bagi siswa kurang mampu di seluruh Indonesia. Program ini diluncurkan pada tahun 2010. Beasiswa ini mencakup bantuan biaya hidup sebesar Rp.600.000 per bulan per orang, atau ditentukan berdasarkan indeks harga kemahalan daerah di mana Perguruan tinggi tersebut berada. Selain biaya hidup tersebut, penerima beasiswa juga menerima bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan sebesar Rp.2.400.000 per semester per mahasiswa.
Pendaftaraan bidikmisi dapat dilakukan siswa secara online, kemudian melalui sekolah masing masing dapat dilanjutkan ke perguruan tinggi yang dituju. Memasuki tahun 2014 program Bidikmisi telah memperluas jangkauannya untuk memberi beasiswa bagi program pendidikan profesi, contohnya bagi pendidikan kedokteran,keguruan,hukum,dan semua jurusan yang membutuhkan pendidikan lanjutan untuk memperoleh keahlian tertentu. “Ayo bangkit kita semua menuju generasi emas indonesia”. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H