Menciptakan sebuah gereja yang menggerakkan jemaat dapat diibaratkan seperti sebuah perjalanan yang panjang, menantang, dan (seringkali) melelahkan. Semua diawali dengan satu hal: peleburan (assimilation) ke dalam sebuah gereja lokal.
Berbagai riset lapangan mengungkapkan sebuah fakta yang menyedihkan: pengunjung baru di banyak gereja tidak mengulang kunjungannya lagi. Ini biasanya disebut fenomena "pintu belakang' (orang datang tetapi pergi lagi). Beberapa yang sempat bertahan sebentar juga akhirnya menghilang.
Apa yang terjadi dengan mereka? Ada beragam kemungkinan alasan. Salah satu yang tidak bisa dikesampingkan adalah proses peleburan yang belum terjadi secara maksimal.
Memahami peleburan
Secara sederhana istilah peleburan dapat dipahami sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh sebuah gereja lokal secara intensional dan strategis untuk membawa pendatang baru menjadi anggota yang melayani secara benar: melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan berjemaat, melayani sesuai karunia, dan memiliki komitmen kuat terhadap visi gereja. Ada beberapa poin penting dalam definisi ini yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Proses
Peleburan tidak terjadi dalam sekejap. Proses ini berlangsung sebelum dan sesudah keanggotaan, sehingga keanggotaan yang nanti direngkuh bukan sekadar secara administratif tetapi juga dibarengi dengan pengenalan, komitmen, dan keterlibatan dalam pelayanan.
Gereja lokal
Tanggung jawab dalam proses peleburan tidak terletak pada para pendatang, melainkan pada para rohaniwan dan jemaat lain yang sudah meleburkan diri. Tugas ini bukan ditanggung oleh komisi tertentu atau beberapa orang tertentu. Ini tentang apa yang dilakukan oleh gereja secara bersama-sama.
Intensional
Peleburan tidak terjadi secara otomatis. Tidak cukup hanya berdoa. Tanpa upaya yang disengaja, proses peleburan sangat sulit untuk diwujudkan seperti yang diharapkan.