Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penebusan Terbatas

17 Februari 2018   06:40 Diperbarui: 19 Agustus 2018   01:05 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum menyelidiki beberapa teks tertentu secara detail, kita lebih dahulu akan memulai dengan jawaban yang umum dan relatif lebih mudah. Pertama, seperti sudah disinggung dalam pembahasan sebelumnya, kata Yunani “semua” tidak selalu berarti “setiap individu di seluruh dunia”. Dalam beberapa kasus, kata “semua” tidak mungkin berarti “setiap individu di dunia”. Yohanes Pembaptis diikuti oleh semua orang di Yudea dan Yerusalem (Mrk. 1:5). Ketika Petrus dan Yohanes menyembuhkan orang lumpuh di bait Allah dikatakan bahwa “semua orang memuliakan Allah” (Kis. 4:21). Yesus akan dibenci oleh semua orang (Luk. 21:17). Di bagian lain Yesus malah mengatakan bahwa Dia akan menarik semua orang kepada-Nya (Yoh. 12:32). Paulus dituduh mengajar semua orang di segala tempat (Kis. 21:28).

Untuk menentukan arti yang tepat, kita harus memperhatikan konteks, karena kontekslah yang menjadi pedoman utama untuk menilai apakah “semua” berarti “semua dalam kelompok tertentu” atau “setiap individu di dunia”. Salah satu contoh adalah Kisah Rasul 2:5-11. Di ayat 5 dikatakan bahwa orang-orang dari segala bangsa berkumpul di Yerusalem. Ungkapan “segala bangsa” dalam konteks ini pasti tidak merujuk pada setiap bangsa di dunia yang ada orang Yahudinya, karena ayat 8-11 memberi batasan pada arti segala bangsa ini.

Kedua, kelompok teks kedua yang dijadikan sanggahan oleh pihak Armenian sebenarnya tidak memiliki bobot sanggahan yang berarti. Injil memang harus diberitakan ke seluruh dunia, namun hal ini tidak boleh ditafsirkan bahwa Kristus mati bagi setiap orang di seluruh penjuru dunia. Injil harus diberitakan secara universal tanpa mengenal batasan tempat dan etnis karena orang-orang pilihan Allah memang tidak dibatasi pada etnis tertentu (Rm. 1:16; 10:12; 1Korm 12:13; Gal. 3:28-29). Mereka tersebar di banyak suku bangsa dan bahasa (Whym 7:9).

Ketiga, Ibrani 2:9 “…supaya oleh kasih karunia Allah Dia mengalami maut bagi semua orang”. Ayat ini sekilas memang tampak mendukung penebusan universal, tetapi penyelidikan konteks yang lebih teliti menunjukkan hal yang sebaliknya. Setelah menyatakan bahwa Kristus mati bagi semua orang, penulis kitab Ibrani selanjutnya menjelaskan tujuan dari tindakan ini, yaitu “membawa banyak anak-anak kepada kemuliaan” (ayat 9, KJV/ASV/RSV/NASB). Frasa yang berada dalam kutipan di atas sayangnya tidak diterjemahkan dalam NIV dan diterjemahkan secara kurang jelas dalam LAI:TB (“membawa banyak orang pada kemuliaan”). Terjemahan “anak-anak” merupakan hal yang penting, karena di ayat 11-12 dijelaskan bahwa Penebus dan yang ditebus adalah saudara, karena berasal dari satu sumber. Lebih jauh, ayat 13 menjelaskan bahwa mereka adalah “anak-anak yang diberikan Allah kepada Yesus” (band. Yoh. 6:37; 17:6). Dengan kata lain, “semua orang” di ayat 9 tidak merujuk pada setiap individu di dunia melainkan semua orang yang ditebus Yesus, menjadi saudara dan dengan demikian sekaligus menjadi anak-anak Allah yang akan dibawa pada kemuliaan (band. Yoh. 11:52).

Penyelidikan lebih lanjut justru semakin menguatkan doktrin penebusan terbatas. Ayat 14-15 mengajarkan bahwa Kristus mati anak-anak itu (ayat 14a “karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, …”). Siapa yang dimaksud “anak-anak itu” di ayat 14-15? Dari analisa konteks terlihat jelas bahwa “anak-anak” di ayat 14-15 adalah mereka yang diberikan Bapa kepada Yesus di ayat 13. Dengan demikian, ayat 13-15 semakin meneguhkan konsep penebusan terbatas.

Keempat, Yohanes 1:29 (Yesus adalah anak domba Allah yang menghapus dosa seluruh dunia) dan 3:16 (Allah mengasihi dunia). Dua teks ini sengaja dibahas secara bersamaan karena terdapat dalam kitab yang sama dan memiliki solusi yang sama pula. Kita perlu memahami bahwa kata “dunia” (kosmos) dalam Injil Yohanes memiliki beragam arti, misalnya “planet bumi” (1:10; 21:24-25), “orang-orang yang memberontak terhadap Allah” (7:7), “prinsip/sistem yang menentang Allah” (8:23), dsb. Menurut D. A. Carson, penggunaan kata “dunia” di 1:29 menyiratkan bahwa tujuan dan efektivitas penebusan Kristus tidak dibatasi pada etnis Yahudi (PNTC: The Gospel According to John, 151). Arti seperti ini tampaknya didukung oleh perkataan orang-orang Samaria bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia; dalam arti “tidak hanya bagi orang Yahudi, tapi bagi orang Samaria juga” (4:42). Sehubungan dengan Yohanes 3:16, kata “dunia” dalam ayat ini juga memiliki arti yang tidak berbeda dengan kata “dunia: di 1:29. Kasih Allah bukan hanya mencakup orang Yahudi saja, tetapi orang berdosa dari bangsa lain (Carson, The Gospel, 205).

Kelima, Yesaya 53:6. Ayat ini memang mengajarkan bahwa setiap kita telah menyimpang dan Kristus mati menggantikan kita sekalian. Bagaimanapun, seperti biasa, kita perlu memahami arti “kita sekalian” dalam bagian ini. Kata “kita” dalam konteks ini dipakai untuk membedakan antara Mesias yang menderita dengan orang berdosa yang hukumannya Dia gantikan (ayat 4-5, Scott Clark). Dengan memahami relasi antara dua kategori ini kita dapat melihat bahwa kata “kita sekalian” bukan merujuk pada setiap orang yang pernah hidup di dunia ini, tetapi semua orang yang hukumannya digantikan oleh Mesias yang menderita. Siapa saja yang hukumannya digantikan oleh Mesias? Kita memperoleh jawabannya dari ayat 11-12. Dua ayat ini menyatakan bahwa objek karya penebusan adalah banyak orang (bukan semua/setiap orang).

Sanggahan paling serius terhadap doktrin penebusan didasarkan pada 1 Timotius 4:10 dan 1 Yohanes 2:2. Dalam dua teks ini disebutkan dua kategori manusia: semua orang di dunia dan orang percaya. Kedua kategori ini sama-sama menjadi objek penebusan Kristus. Bagaimana kita mengharmonisasikan dua teks ini dengan ajaran Alkitab yang jelas tentang penebusan terbatas? Kuncinya – sekali lagi – terletak pada penyelidikan konteks.

Dalam kasus 1 Timotius 4:10 kita perlu memahami adanya perbedaan makna Juruselamat semua manusia dan Juruselamat orang percaya. Perbedaan ini terlihat dari kata “terutama” (malista) di ayat ini. Kata ini menyiratkan bahwa relasi Kristus sebagai Juruselamat semua manusia berbeda dengan relasi Kristus sebagai Juruselamat bagi orang-orang percaya. Seandainya “semua manusia” di sini berarti setiap individu yang pernah hidup di dunia, maka Paulus tidak perlu membedakan antara “semua manusia” dan “orang percaya”, apalagi memakai kata “terutama”. 

Bagaimana kita menjelaskan perbedaan relasi di atas? Ada beberapa cara untuk menjelaskan. Jika istilah juru selamat (swthr) di sini dalam arti rohani (penyelamat dari kematian rohani menuju pada kehidupan kekal), maka perbedaan relasi terletak antara orang-orang pilihan yang belum percaya (semua manusia) dengan orang-orang pilihan yang sudah percaya. Tafsiran ini didukung oleh fakta bahwa yang sedang dibandingkan dalam ayat ini bukanlah orang-orang non-pilihan dengan orang-orang pilihan. Paulus sedang membandingkan kelompok orang yang tidak tertentu (semua manusia) dengan yang sudah percaya. Kontras seperti ini menyiratkan bahwa “semua orang” dalam ayat ini adalah mereka yang belum percaya. Seandainya Paulus ingin menyatakan bahwa Kristus adalah juru selamat orang yang tidak percaya, maka ia akan memakai kata “apistwn” (“orang yang tidak percaya”, Luk 12:46; 1Kor 6:6; 7:12-13) dan bukan “pantwn anqrwpwn” (“semua manusia”).

Cara kedua adalah dengan memahami istilah juru selamat (swthr) bukan dalam arti rohani. Steve Baugh menjelaskan bahwa istilah swthr bisa berarti “benefactor” (dermawan/penanggung hidup) dan dapat dipakai untuk kaisar maupun dewa. Secara khusus di Efesus telah ditemukan sebuah patung yang didedikasikan untuk Julius Caesar dengan tulisan “the universal benefactor of human life”. Berdasarkan pencerahan dari sejarah ini kita mendapat dukungan yang cukup untuk menafsirkan bahwa ungkapan “juru selamat semua manusia” di ayat ini tidak harus berarti juru selamat secara rohani yang memberi kehidupan atau keselamatan kekal. Ungkapan ini harus dipahami dalam konteks anugerah umum. Dalam kaitan dengan orang percaya, swthr di sini jelas merujuk pada juru selamat secara rohani, apalagi ayat ini dikaitkan dengan pengharapan yang bersifat kekal (ayat 8, 10a).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun