Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemilihan Tanpa Syarat

16 Februari 2018   05:49 Diperbarui: 20 Agustus 2018   17:49 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberatan paling serius terhadap doktrin pemilihan tanpa syarat berkaitan dengan kebaikan Allah terhadap orang-orang yang binasa. Mereka yang menolak doktrin ini berpandangan bahwa reprobasi bertentangan dengan kebaikan Allah, padahal Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa Allah mengasihi semua orang (Mzm. 145:9). Dalam perspektif mereka, orang-orang yang binasa adalah mereka yang tidak dikasihi Allah.

Terhadap keberatan di atas, John Frame (The Doctrine of God, 429-437) memberikan jawaban yang tepat dan komprehensif. Menurut dia, mereka yang akan binasa sebenarnya telah menerima kebaikan Allah dalam berbagai bentuk, misalnya:

  • Allah membatasi dosa. Tanpa intervensi Allah maka semua manusia akan berbuat jahat secara maksimal. Kenyataannya, Allah masih membatasi hal tersebut (Kej. 4:15; 11:6; 20:6; 2Raj. 19:27-28; 2Tes. 2:7). Ia juga membatasi intervensi Iblis dalam diri manusia sejauh Allah izinkan (Ay. 1:12; 2:6).
  • Allah menahan murka-Nya. Ketika semua manusia sudah sangat berdosa (Kej. 6:3-6) Allah bisa saja membinasakan mereka semua, tetapi Ia memilih untuk memulai suatu keturunan baru dari keluarga Nuh. Dia menunda murka karena kesabaran-Nya (2Pet. 3:9).
  • Allah memberikan berkat temporal kepada semua orang berupa makanan (Mzm. 65:6-14; 136:25; 145:9, 15-16; Kis. 14:17), pemerintah (Rm. 13:4; 1Tim. 2:2; 1Pet. 2:4), kekayaan (Kej. 39:5; Luk. 16:25), iklim yang teratur (Mat. 5:43-48).
  • Allah memampukan orang-orang yang binasa untuk berbuat kebaikan (walaupun kebaikan tersebut bersifat relatif). Raja Yehu (2Raj. 10:29-31), Yoas (2Raj. 12:2) dan Koresy (Yes. 44:28; 45:1, 13) adalah contoh dari orang-orang fasik yang masih bisa melakukan kebaikan.
  • Allah memberikan wahyu kepada semua orang untuk mengenal Dia (Mat. 23:2-3; Rm. 1:18-21; 2:12-16).
  • Allah memberikan berkat ilahi kepada orang-orang yang tidak benar, misalnya Bileam (Bil. 22:1-24:25 [terutama 22:7; 24:1]; 2Pet. 2:15; Why. 2:14), Saul (1Sam. 10:9-11), Yudas Iskariot (Mat. 10:5-8).  

Dari pemaparan di atas terlihat bahwa reprobasi tidak meniadakan kebaikan Allah atas orang-orang yang akan binasa. Mereka telah menerima kebaikan tersebut selama hidup mereka di dunia. Jadi, inti permasalahan sebenarnya terletak pada jenis dan waktu kebaikan yang diberikan Allah. Sebagian orang dalam taraf tertentu “tidak” mendapat kebaikan Allah dalam bentuk kekayaan, kemakmuran maupun kebebasan hidup selama mereka hidup di dunia. Orang-orang fasik justru tidak jarang memiliki kualitas kehidupan temporal yang lebih baik daripada orang benar (Mzm. 73:3-16; Luk. 16:25). 

Manfaat praktis doktrin pemilihan tanpa syarat

  • Sekalipun semua manusia sudah rusak total, tetapi tidak ada seorang berdosa pun yang berkata, “aku terlalu jahat; aku telah berbuat dosa terlalu lama dan dalam; aku tidak mungkin diselamatkan”. Doktrin pemilihan tanpa syarat adalah kabar baik bagi orang-orang berdosa, karena keberdosaan mereka tidak menutup pintu keselamatan mereka.
  • Doktrin ini merupakan pondasi yang kokoh ketika kita merasa tidak layak dikasihi Tuhan setelah kita diselamatkan. Kalau ketika kita menjadi seteru Allah kita sudah dipilih berdasarkan anugerah-Nya, masakan sekarang ketika sudah menjadi anak-anak-Nya kita akhirnya tidak dikasihi (Rm. 5:10).
  • Doktrin ini mendorong kita untuk mau mengambil insiatif dalam mengasihi orang lain, karena Allah lebih dulu memilih (Yoh. 15:16a) dan mengasihi (1Yoh. 4:10) kita.
  • Doktrin ini menjaga manusia dari dosa kesombongan rohani, karena penentu keselamatan kita adalah Allah, bukan diri kita.
  • Doktrin ini membuat orang percaya lebih menghargai tujuan dan nilai hidup mereka. Hidup mereka berakar dari kekekalan dan menuju pada kekekalan. Nilai hidup kita bukan terletak pada kesementaraan, tetapi pada pemenuhan rencana kekal Allah. Hal ini sesuai dengan artikel pertama dari Katekismus Westminster “apakah tujuan utama manusia?”, yang kemudian dijawab “untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya”.
  • Doktrin ini menempatkan kedaulatan Allah pada tempat yang tertinggi sekaligus memberikan kenyamanan hidup yang didasarkan pada kedaualatan itu.
  • Dalam bidang pekabaran Injil doktrin ini menolong kita untuk rendah hati ketika ada orang bertobat melalui pelayanan kita, sekaligus memberi optimisme ketika ada orang terus-menerus menolak dan menyerang Injil yang kita beritakan (bandingkan artikel berikut ini).
  • Doktrin ini menjaga gereja dari kesalahan konsep bahwa perkembangan gereja – secara kualitas maupun kuantitas – ditentukan oleh program, orang yang berpengaruh maupun usaha-usaha manusiawi lainnya. Semua ini memang penting selama dipakai Tuhan sebagai instrumen untuk merealisasikan rencana-Nya, tetapi hal-hal tersebut tidak pernah menjadi kunci kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun