Mohon tunggu...
Stephen Lionel Halim
Stephen Lionel Halim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi : membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemerataan Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia untuk Mengurangi Polusi Serta Kemacetan

21 Agustus 2023   00:36 Diperbarui: 21 Agustus 2023   01:32 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu negara berkembang tentu akan memiliki populasi penduduk yang akan terus berkembang setiap tahunnya. Untuk membantu masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-harinya diperlukan adanya transportasi. Transportasi dapat mempermudah masyarakat untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu contohnya adalah negara Indonesia. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dengan penduduk yang banyak mencapai 273,8 juta (2021). Dengan jumlah penduduk yang sebegitu banyak, diperlukan adanya transportasi yang baik untuk membantu masyarakat dalam melakukan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhannya. Masyarakat Indonesia terkadang menggunakan kendaraan pribadi mereka untuk menuju tempat yang mereka inginkan karena lebih mudah dan tidak merepotkan untuk berpindah tempat. Namun, penggunaan kendaraan pribadi yang banyak dalam suatu kota dapat menyebabkan kesibukan lalu lintas atau biasa disebut kemacetan yang dapat menghambat perjalanan. Selain itu, asap kendaraan bermotor yang dihasilkan dapat menghasilkan polusi udara. Polusi udara dapat menggangu kesehatan. Untuk itu pemerintah juga menyediakan transportasi umum untuk mempermudah masyarakat.

Salah satu contoh transportasi umum yang sering digunakan masyarakat Indonesia adalah transportasi umum berbasis rel. Transportasi umum berbasis rel memiliki daya angkut yang banyak dimana dalam satu rangkaian dapat menampung 7-9 penumpang. Transportasi ini juga terbilang cukup murah, sehingga sangat terjangkau oleh masyarakat. Transportasi ini relatif cepat dengan kecepatan rata-rata mencapai 70 kpj sehingga memudahkan penumpang untuk dapat sampai lebih cepat. Selain itu, dengan menggunakan transportasi berbasis rel, kita dapat mengurangi polusi dan mengurangi kemacetan yang ada di jalan raya. Polusi dan kemacetan selalu menjadi permasalahan terbesar di setiap kota besar. Namun apakah dengan pemerataan transportasi umum berbasis rel di seluruh daerah dapat membuat polusi dan kemacetan menjadi berkurang? 

Ada beberapa alasan yang dapat menjadi kontra dari isu pemerataan transportasi berbasis rel tersebut. Pertama, untuk membuat pemerataan transportasi berbasis rel di seluruh daerah, tentunya diperlukan dana dan biaya yang sangat besar. Dana dan biaya yang dapat dihabiskan dapat mencapai triliunan rupiah untuk membangun sebuah rel kereta api yang baik untuk menjadi transportasi umum berbasi rel. Selain itu, pembangunan tersebut membutuhkan waktu yang lama sampai bertahun-tahun. Sehingga masyarakat akan tetap menggunakan kendaraan pribadi mereka. Kedua, tranportasi umum sering mengalami keterlambatan dan dapat menggangu kenyamanan masyarakat yang ingin beraktivitas. Transportasi umum berbasis rel jumlahnya umumnya terbatas sehingga jika kita ingin menaiki transportasi umum berbasi rel, tentunya kita harus memesan tiket dan mengikuti jadwal keberangkatan yang ada. Tidak menutup kemungkinan pula kereta akan mengalami keterlambatan karena beberapa hal, seperti kereta yang perlu diperbaiki, ada gangguan yang menghalang rel untuk kereta bergerak, dan lain sebagainya. Karena transportasi berbasis rel umumnya hanya memiliki satu jalur rel, maka hal seperti itu akan menghambat perjalanan dan mengakibatkan keterlambatan pada penumpang yang ingin menaiki. Ketiga, diperlukan lahan atau daerah yang luas untuk dibangun tempat pemberhentian transportasi umum berbasis rel atau biasa disebut stasiun. Tentunya pemerataan transportasi berbasis rel memerlukan berbagai fasilitas yang memadai, salah satunya adalah stasiun. Stasiun memerlukan lahan yang cukup agar penumpang dapat merasa nyaman ketika menunggu jadwal keberangkatannya. Oleh karena itu, bisa saja pemerintah mengubah daerah hijau menjadi stasiun pemberhentian. Hal tersebut dapat membuat berkurangnya daerah pepohonan.

Pemerataan transportasi umum berbasis rel memerlukan beberapa hal yang perlu dipikirkan sebelum diwujudkan. Selain memberikan dampak positif, ada beberapa hal yang patut menjadi pusat perhatian agar dapat mencapai hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun