Mohon tunggu...
Stephen Firmawan Panghegar
Stephen Firmawan Panghegar Mohon Tunggu... -

Berkarya layaknya menabur. Saya yang ditabur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Prahara Sang Pujangga

31 Januari 2011   12:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tok tok.
Gedornya pelan.
Menyelinap getarnya.
Hadirnya merasuk hangat ke relung kosong.

Asmara pun tiba.
Tertangkap!

Balasnya,
Pakai otak!

Dijawab,
Sungguh inilah siklus.
Tiada padanya keraguan,
Tak dimilikinya kuasa menahan.

Terpingkal berbicaralah lagi,
Pikir kecil pikir besarmu.
Kecil tiada cukup.
Besarmu siapa pahami?

Seonggok batu kali ini bicara.
Pecah bekunya. Mulai menerawang, membaca, menulis, lalu bertutur.
Ikhlas.
Kini terberi semua empunyaku.
Punyailah yang ku punya, tak kumiliki milikku.

Siapa gerangan aku menuntut?
Kuncup, kembang, dan layu di tanganmu.
Yang ku ada hanya aku.

Teratas semuanya, yang jadi haknya harusnya hakku.
Itu dulu. Kini, kewajibanku.

Tentukan.

Tok tok.
Genderang langkahnya sunyi.
Merangsek lembut.
Jiwanya cair lewat dingin.

Hingga nanti angin semilir, mengisi kantung air,
Yang bahkan samudera pun tak cukup penuhi.
Nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun