Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan yang telah dilakukan oleh saya dan kelompok baru sampai pada tahap kunjungan lapangan, disana saya menemukan bahwa volunterisme dari para anggota memberikan peran dan kontribusi penting pada organisasi gerakan sosial, termasuk dalam hal merancang dan memelihara suatu aksi yang dituangkan dalam program kerja organisasi. Menurut Tarrow (dalam Putra, 2013) memelihara aksi atau politik perlawanan merupakan komponen penting dan utama dari gerakan sosial yang perlu untuk terus dijaga. KOPHI Yogyakarta memiliki tiga divisi, yaitu divisi Media Komunikasi, Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), dan Penelitian Pengembangan (Litbang). Masing-masing divisi tersebut memiliki program kerja. Program-program kerja KOPHI Yogyakarta dalam perancangannya memiliki suatu mekanisme yang kurang lebih sama tiap divisinya. Kutipan wawancara berikut ini bisa memberikan gambaran bagaimana program kerja KOPHI Yogyakarta itu dibentuk.
Program kerja KOPHI Yogyakarta dirancang secara terbuka dan bersama- sama, melibatkan para volunteer dari masing-masing divisi. Dalam merancang sebuah program kepala divisi akan menjadi koordinator dari staff-staff divisinya. Kepala divisi mengumpulkan staffnya kemudian menjelaskan tema atau isu umum yang akan diangkat. Selanjutnya, kepala divisi bersama-sama dengan anggota mendiskusikan ide-ide, konsep program-program atau kegiatan volunterisme seperti apa yang akan dijalankan. Setelah mendapatkan suatu rancangan final dari program- program tersebut, kepala divisi akan menentukan PJ (Penanggung Jawab) setiap program tersebut.
Dalam hal ini, pemuda yang menjadi anggota dalam KOPHI Yogyakarta kemudian peranannya tidak hanya sebagai pembantu pelaksana operasional kegiatan organisasi saja, tapi juga memiliki peran sebagai konseptor program. Prosedur tersebut dari suatu sisi dapat dimaknai sebagai sebuah upaya pemberian ruang untuk maksimalisasi tindakan volunterisme dari anggota. Hal tersebut dikarenakan ketika para anggota diberikan kesempatan semacam itu, mereka dapat membuat suatu program yang dapat memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat. Mereka juga sekaligus dapat merancang program yang sesuai dengan kemampuan dan potensi yang mereka miliki. Dengan demikian, para anggota bisa semakin maksimal dalam melakukan tindakan volunterisme.
Untuk teknis susunan kepanitiaan program-program, KOPHI Yogyakarta memiliki mekanisme dan ketentuan tersendiri. Untuk program yang sifatnya dirancang dari suatu divisi, penanggung jawab program atau ketua program harus berasal dari divisi itu, karena secara konsep dan teknis, divisi itu yang mengetahui. Misalnya, program volunterisme yang berkaitan dengan aksi-aksi nyata berkaitan lingkungan hidup yang hampir semuanya dirancang oleh divisi litbang, ketuanya harus dari divisi tersebut. Hal ini dikarenakan kegiatan dari Divisi Litbang memiliki konsep, kajian dan teknis prosedural yang cukup rumit dan tidak bisa begitu saja peranan penanggung jawabnya oleh volunteer dari divisi lain. Anggota dari divisi lain boleh masuk dalam kepanitiaan suatu program, tapi hanya menempati seksi-seksi lain selain pos penanggung jawab.
Jika program yang dilakukan bersifat umum atau program yang menjadi tanggung jawab bersama tidak hanya dari divisi tertentu, ketua program boleh berasal dari berbagai divisi. Misalnya saja KOPHI Yogyakarta pernah melakukan program besar yaitu Kongres Nasional KOPHI ke III di Yogyakarta. KOPHI Yogyakarta memiliki berbagai macam program kerja dari tiap divisi. Program yang dirancang oleh tiap divisi disesuaikan mengacu pada tugas-tugas pokok yang telah ditentukan. Divisi PSDM yang tugas pokoknya adalah pengembangan internal anggota program-progamnya misalnya mengadakan open recruitment keanggotaan KOPHI, pembahasan AD-ART (Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga), Makrab dan diskusi Speak UP. Diskusi Speak Up adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membahas isu-isu lingkungan dan pelatihan publik speaking anggota. Kemudian divisi Medkom yang tugas pokoknya yaitu menyebarluaskan informasi kegiatan KOPHI Yogyakarta, memiliki program antara lain pengelolaan website, media sosial , pembuatan press release ke media.
Terakhir divisi Litbang yang memiliki tugas utama melakukan riset dan pengembangan program, memiliki beberapa program. Beberapa program misalnya RAP (Research Action for People), kegiatan edukasi lingkungan melalui Green Agent Agreement (Alternative Green Edutainment), dan bekerjasama dengan YRBK KAGEM (Yayasan Rumah Belajar Kaki Gunung Merapi) dan dengan Komunitas peduli pendidikan anak yaitu CAC (Coin a Chance). Kemudian ada kegiatan Bersih kali dan pemberdayaan masyarakat disekitar Kalicode, serta program restorasi wilayah bantaran sungai melalui program Gadjahwong Watersheed Management. Divisi Litbang merupakan ujung tombak dari kegiatan volunterisme lingkungan hidup yang dijalankan oleh KOPHI Yogyakarta, karena dari divisi inilah program-program tersebut berasal.
Tiap-tiap divisi memiliki program kerja yang berbeda-beda. Meskipun demikian, program tersebut pada intinya tetap saling mendukung satu sama lain. Program-program tersebut mengarah pada tujuan utama yang ingin dicapai oleh KOPHI Yogyakarta yaitu melakukan aksi penyelamatan, pelestarian lingkungan, dan mendorong masyarakat khususnya pemuda untuk lebih peduli terhadap lingkungan hidup. Jika dilihat dari besarnya perubahan sosial yang dikehendakinya tersebut, KOPHI Yogyakarta termasuk dalam bentuk gerakan sosial dengan tipe reformative movements (Putra, 2013). Tipe gerakan sosial ini mengupayakan reformasi masyarakat pada segi tertentu dengan ruang lingkup yang terbatas. Dalam hal ini perubahan masyarakat yang ingin dicapai adalah perubahan dalam ruang lingkup lingkungan hidup.
Daftar Pustaka
Putra, Ekamara Ananami. 2013. Gaya Komunitas Pemuda: Studi Kasus Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Yogyakarta. JURNAL STUDI PEMUDA. Vol. 2 No. 2: 143-156
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H