Mohon tunggu...
Stephen Sihombing
Stephen Sihombing Mohon Tunggu... Pemuka Agama - mengabdi bagi kemanusian dengan keteladanan Yesus

mengembangkan narasi iman bagi kebahagiaan umat http://sgrsihombing.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bertanggung Jawab atas Diri Sendiri

16 Mei 2021   13:46 Diperbarui: 16 Mei 2021   13:49 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan: Amsal 3:1-4 

Saudara yang dikasihi Allah,          

Jim Rohn, seorang filsuf bisnis Amerika yang terkemuka, berkata "Kamu harus mengambil tanggung jawab pribadi. Kamu tidak dapat mengubah keadaan, musim, atau angin, tetapi dapat mengubah dirimu sendiri. Itu adalah sesuatu yang menjadi tanggung jawabmu." Hidup yang bertanggung jawab dimulai dari diri sendiri. Mereka yang bertanggung jawab akan beroleh kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup. Orang tua pasti memiliki harapan yang baik tentang masa depan anak-anaknya dan untuk itu nasihat berharga diperlukan agar orang-orang muda tidak tergelincir pada jalan licin yang mendatangkan celaka atau menempuh jalan sesat yang menghancurkan masa depannya.          Amsal Salomo merupakan nasihat ringkas tentang seni menjalani hidup dengan tanggung jawab. 

Bacaan Alkitab hari ini menjelaskan bahwa ajaran dan perintah orang tua merupakan kristalisasi dari kehidupan percaya kepada Tuhan. Ajaran dan perintah itu mengingatkan dan mendisiplinkan orang muda untuk memiliki dan mengembangkan kehidupan yang berpusat pada Tuhan seperti dikatakan dalam pasal 3:5-7:  "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.

Hidup bersama Tuhan berdampak pada umur yang panjang dan kesejahteraan atau kedamaian (peace). Tidak hanya berdampak secara internal  tetapi juga memperoleh apresiasi secara  eksternal: kasih dan penghargaan dari Allah dan manusia. Dalam terjemahan BIS: "supaya engkau disenangi dan dihargai oleh Allah dan manusia" (3:4). Hubungan yang benar dengan Allah menghasilkan berkat ganda: tidak hanya hidup kita diberkati tetapi juga kita menjadi berkat bagi orang lain.       Bagaimana bisa semuanya terjadi? Apa rahasianya? Apakah resep untuk dapat beroleh kehidupan seperti itu? Disiplin secara pribadi dalam hidup beriman: janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku (ay. 1), dan Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu (ay. 3). Semua yang disampaikan adalah tindakan aktif yang dilakukan berulang-ulang. Bukan sekedar pengetahuan yang dihafal atau perhiasan mahal yang disimpan. Ada tanggung jawab untuk mengingat atau tidak melupakan, memelihara, mengalungkan dan menuliskannya. Semua tindakan yang harus dilakukan setiap hari dengan sukacita sehingga kita tidak membangkang atau menolak didikan TUHAN, atau bosan akan peringatan-Nya (ay. 11). 

Percaya kepada Tuhan adalah tujuan hidup kita untuk hidup sekarang dan masa yang akan datang. Kita tidak akan pernah bisa memutar mundur jarum kehidupan. Setiap hari, masing-masing kita diberi waktu yang sama, tidak lebih dan tidak kurang. Diberi kebebasan untuk menggunakannya. Dan kebebasan itu mengandung tanggung jawab untuk kita mengelola kehidupan seperti yang Tuhan kehendaki. Saudara yang mengasihi Tuhan Yesus menjalani kehidupan yang berkelimpahan bersama dengan Tuhan (Yoh. 10:10). Mempercayai kuasa Tuhan Yesus dalam semua area kehidupan kita (Yoh 14:14).

Kesadaran semacam ini menjadikan kita bertanggung jawab untuk membawa kaum keluarga kita untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Tanggung jawab itu menjadikan kita dapat menjadi teladan bagi anak-anak atau saudara seiman kita untuk mengingat firman Tuhan dan tidak melupakannya, memeliharanya, menjadi perhiasan rohani kita dan menuliskannya pada loh hati kita setiap hari. 

Kita dapat melakukannya dalam percaya kepada Tuhan Yesus dengan pertolongan Roh Kudus, Kadang kemalasan, keangkuhan, dan keraguan menjadi persoalan klasik sehingga kita membiarkan kuasa firman Tuhan tidak bekerja memberkati hidup kita. Kita hanya mau terima keadaan yang beres atau tanpa masalah, dan kita lari saat datang masalah dan mulai menyalahkan orang lain bahkan Tuhan. Sesungguhnya, tidak banyak waktu kita dalam menjalani hidup sekarang ini sebab pandemi yang belum berakhir, bencana alam yang datang dan peperangan yang terjadi. Mari gunakan waktu kita untuk memberkati hidup kita dengan persekutuan dengan Tuhan dan mengajarkan pentingnya hubungan dengan Tuhan tiap-tiap hari. Dengan selalu mengandalkan Tuhan, kita tidak jatuh pada sikap kesombongan yang menghancurkan atau kebimbangan hanya dapat membuat kita tersesat. Dengan berkat yang Tuhan beri, kita diingatkan untuk mempermuliakan TUHAN dengan harta (3:9) dan selalu berbuat kebaikan pada orang-orang yang membutuhkannya (3:27). Amin. 

**** 

Khotbah Minggu di jemaat GPIB Bukit Zaitun, Jakarta Pusat, pkl. 09.00 WIB  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun