Mohon tunggu...
Stephen Sihombing
Stephen Sihombing Mohon Tunggu... Pemuka Agama - mengabdi bagi kemanusian dengan keteladanan Yesus

mengembangkan narasi iman bagi kebahagiaan umat http://sgrsihombing.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbuat Baik, Implementasi Iman

10 Februari 2019   16:07 Diperbarui: 10 Februari 2019   16:29 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://stevendkurtz.files.wordpress.com/2013/07/modern-good-samaritan-framed.png


Tuhan Yesus memandang sama semua orang dengan perhatian dan belas kasihan-Nya. Tuhan Yesus tidak hanya menghargai Maria dan Marta, orang-orang biasa dengan pengetahuan agama terbatas, dengan mengajarkan kebenaran di rumah mereka (Lukas 10:38-42) tetapi juga  seorang ahli Taurat yang hafal dan mengerti hukum-hukum Allah (Lukas 10:25-37).
***
Tema percakapan Yesus dengan ahli Taurat adalah tema klasik, yakni bagaimana manusia beriman itu mendapatkan kehidupan kekal. Sayangnya percakapan itu bukan sebuah dialog yang jujur. Ada maksud tersembunyi dari ahli Taurat saat bertanya kepada Tuhan Yesus. Dia bertanya agar Tuhan Yesus membenarkan pendapatnya; agar orang lain paham bahwa dirinya mengerti dengan baik kehendak Allah dan menguji sejauhmana pengetahuan agama dari Tuhan Yesus. Jadi, orang ini bertanya bukan mencari jawaban sebab ahli Taurat ini dapat menjawab apa yang ditanyakan Yesus: Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Dengan mengutip Ulangan 6:5 yang berkata:  Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan Imamat 19:18 yang berkata: Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
***
Hukum Tuhan mengajarkan bagaimana hidup yang berkenan bagi Allah. Hukum itu bukan untuk sekedar dihafal dan diketahui tetapi juga dilaksanakan. Dengan melaksanakan hukum Tuhan maka kehidupan kekal menjadi bagian dari hidup orang beriman (ayat 28).
***
Jawaban Yesus soal melaksanakan perintah Allah tidak terlalu menarik bagi ahli Taurat. Ia lebih senang berbicara soal pengetahuan agama ketimbang praktek iman. Dia bertanya lagi soal siapa sesamaku manusia kepada Yesus  dari sudut pandang hukum Taurat. Pikirnya pasti jawaban Yesus sama dengan jawabannya: sesama manusia adalah orang Yahudi! Sama sekali tidak ada referensi di pikirannya bahwa ada orang berkepercayaan lain  dapat menjadi sesama atau orang yang berbuat baik kepada orang lain. Doktrin atau pengajaran ahli Taurat hanya tunggal: orang Yahudi saja yang diselamatkan, dan tidak yang lain.
***
Perumpamaan Tuhan Yesus sama sekali berbeda dengan apa yang dipikirkan ahli Taurat. Yang menjadi sesama bagi orang yang terluka di pinggir jalan bukan imam atau orang Lewi yang merupakan representasi orang religius; orang suci, melainkan orang Samaria yang dibenci oleh orang Yahudi sebab mereka adalah orang murtad. Tuhan Yesus balik bertanya: siapa dari antara ketiga orang itu yang jadi sesama bagi orang yang terluka? Jawabnya jelas: orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepada yang terluka. Dan Tuhan Yesus berkata: Pergilah, dan perbuatlah demikian! (10:32)
***
Apakah Yesus hendak mengatakan bahwa beribadah dan berdoa tidak penting? Tentunya tidak. Apakah Yesus hendak mempermalukan orang yang yang sibuk dalam pelayanan? Tidak juga. 

Yesus tidak ada maksud menyerang mereka yang giat dalam pelayanan. Jangan salah mengartikan seolah-olah yang penting berbuat baik ketimbang rajin beribadah, berdoa dan melayani. Bukan itu maksudnya!
***
Pertanyaannya, mengapa orang yang mengerti firman Tuhan berhenti hanya sebagai pelaku firman bagi dirinya saja dan tidak bagi orang lain. Bisa jadi, karena dia terlalu berhati-hati; tidak mau ambil resiko. Niatnya membantu, nanti malah jadi korban. Lebih baik biarkan saja ketimbang jadi masalah baru bagi saya. Apalagi kalau yang dibantu, malah menolak.
***
Sikap semacam ini yakni pembiaran, dapat mengakibatkan orang tidak dapat mengasihi. Apalagi mereka yang suka sekali dengan aturan: aturannya bilang apa. Mereka terlalu cemas dengan aturan. Aturan menjadi segala-galanya dan terpenjara dengan aturan. 

Yesus menyebut celaka orang yang lebih mementingkan aturan: "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun (Lukas 11:46). Hidup manusia lebih penting dari aturan.  Perlu hikmat Allah agar kasih Tuhan dapat dilakukan.
***
Kedua, Tuhan Yesus berulang kali menekankan perbuatlah  demikian! (10:28; 10:37). Pengetahuan kita tentang ajaran Tuhan dengan membaca Alkitab dan kegiatan ibadah serta pelayanan adalah perkara rohani yang baik. Tuhan Yesus memuji ahli Taurat sebab tahu benar isi hukum Allah soal mengasihi Tuhan dan manusia. Tuhan Yesus juga memuji apa yang menjadi jawaban ahli Taurat tentang siapa sesama manusia bagi orang yang terluka.
***
Sejatinya hidup bersama Tuhan bukan hanya soal akhir zaman dan hidup kekal, tetapi juga bagaimana kita dapat menolong mereka yang susah, yang disakiti, yang diabaikan, yang dibuang, yang diusir, yang dipandang sebelah mata. 

Kita diingatkan Tuhan untuk pergi mengasihi mereka. Jangan hanya mengasihi sesama yang sedarah, sepersekutuan, satu keluarga besar. Kita perlu memperluas wawasan berpikir tentang kasih Allah bagi semua orang dari berbagai kepercayaan dan tradisi.  

Kita perlu belajar dari perbuatan Yesus yang mengasihi perempuan berdosa; yang menyembuhkan orang kusta dan yang melepaskan orang yang dirasuk kuasa kegelapan. Tuhan Yesus mengasihi mereka dan tidak menghindar saat bertemu dengan mereka.
***
Pengajaran yang saudara dengar sebagus apapun jangan hanya menjadikan saudara hanya mengerti firman Tuhan lebih baik tetapi juga mendorong saudara berbuat sesuatu yang dikehendaki Allah: mau mengampuni; mau berdamai; mau melayani; mau berkorban; mau memberi; kembali dapat dipercaya dan tidak sibuk hanya membenarkan diri sendiri. Tuhan mau kita menjadi manusia baru yang dapat mengasihi sesama tanpa ada udang di balik batu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun