[caption id="attachment_108013" align="alignleft" width="240" caption="gambar diambil dari http://www.zazzle.com"][/caption] Betapa memilukan bahwa citra populer dari politisi kita tidak sebangun dengan etik-moral pribadi ketika isu korupsi mencuat ke permukaan. Hukum dengan mudahnya dikangkangi sehingga tidak ada keputusan tegas dan cepat dalam melindungi dan menyelamatkan nilai-nilai kejujuran dan sistem hukum yang adil. Â Prosedur birokratis yang lama hanya menjadi cara untuk menyelamatkan diri dan siasat licik sambil menunggu isu-isu baru yang menyedot perhatian publik. Duit milyaran rupiah dengan sekelebat berpindah tangan dari kas negara kepada pihak-pihak yang licin dalam mengatur transaksi-transaksi fiktif demi tujuan-tujuan pribadi dan kelompok. Â Parpol layaknya kendaraan yang maju dalam kompetisi dengan harapan menjadi pemenang. Tragisnya kualifikasi tidak diutamakan. Semua bisa ikut balapan dan menang dengan cara apapun. Akibatnya, regulasi diabaikan, wasit disogok dan penonton dikecewakan. Politisi kita memperagakan kepiawaian dalam bersilat lidah dan mengerogoti kekayaan negara tanpa rasa malu. Wewenang dan kuasa yang diterima hanya memperkaya diri dan mendukung kendaraan politik yang dibawanya. Parpol lambat laun kehilangan jati dirinya sebagai alat pemberdayaan masyarakat dalam berpolitik dan mencetak politisi negarawan masa depan. Citra politisi bersih harus diupayakan. Kita rindu negara ini bebas dari para perompak dan terhindar sebagai negara gagal layaknya Somalia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H