Mohon tunggu...
Stephanus Satriyo
Stephanus Satriyo Mohon Tunggu... -

karyawan perusahaan properti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok, The Fantastic Beasts and Where To Find Them

24 November 2016   18:24 Diperbarui: 24 November 2016   18:28 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cerita Ahok  seperti cerita film yang sedang beredar di bioskop di seluruh dunia” The fantastic beasts and where to find them “, makhluk yang  dapat muncul dimana saja dan melahap apa saja yag menghadangnya, kehadiran makhluk tersebut menghebohkan warga  kota New York membuat warga dan  aparat panik.

Sejak beberapa bulan yang lalu berita di negeri ini didominasi oleh berita soal Ahok, di TV, koran, twitter, FB dan  media sosial lainnya, dari subuh sampai tengah malam memberitakan Ahok. Bahkan  media luar negeri yang besar  seperti CNN, Euronews ,BBC dll. menyiarkan berita soal Ahok dengan segala persepsi dan komentar  masing-masing. Mungkin Ahok menjadi orang Indonesia yang paling  terkenal di dunia selain Jokowi. Selain karena  disiarkan berulang- ulang juga kasus Ahok agak istimewa, biasanya seseorang pejabat publik di demo karena kasus  KKN, pembunuhan atau tindakan kriminal lainnya, sedangkan kasus Ahok   disinyalir  melakukan penistaan agama, demonstrasi  yang diikuti oleh ratusan ribu orang, lebih heboh dari kejadian pembunuhan anak-anak di Mosul atau Allepo Syria, juga pembantaian penduduk muslim Rohingya di Myanmar, kejadian terakhir ini kurang mendapat perhatian masyarakat Indonesia, walaupun  ribuan orang korbannya,

Mula-mula kasus Ahok dianggap peristiwa yang sederhana, sekarang ini menimbulkan ketegangan atau perasaan panas dingin bagi masyarakat baik yang pro maupun kontra. Bahkan  beberapa teman WA group,  left karena kecewa dengan dialog di WA tersebut . Sebagian masyarakat gembira ketika Ahok ditetapkan statusnya sebagai tersangka dan berubah menjadi kecewa ketika tahu bahwa status tersangka tidak menghalangi Ahok mengikuti pilkada DKI.

Fenomena Ahok sangat menarik karena menimbulkan pro dan kontra  yang cukup tajam di masyarakat. Kasus Ahok semakin tidak jelas dikategorikan sebagai kasus agama atau politik.

Persahabatan menjadi renggang  gara-gara kasus Ahok, bukan hanya masyarakat bawah tetapi juga masyarakat yang berpendidikan tinggi dan para  elit politik.

Berita yang berkaitan dengan Ahok di medsos mengalir ,melebar kemana-mana, bebas, liar tidak terkendali, kadang membuat geram, jengkel atau geli  setelah membaca berita-berita yang berkaitan dengan Ahok. Bahkan Ulama-ulamapun  saling silang pendapat membela atau menyalahkan Ahok.

Masyarakat Indonesia dan Jakarta diaduk-aduk seperti mixer oleh berita-berita  Ahok, berita yang palsu/hoax dan benar sulit dibedakan, ditambah lagi dengan kajian dan komentar dari pakar politik yang  tidak jelas indentitasnya. Belum masalah dugaan penistaan agama selesai , Ahok sudah dilaporkan  mengenai pencemaran nama baik karena memberi pernyataan secara tidak langsung  demo  pada tanggal 4 November  adalah demo bayaran, semakin bertambah keruh lagi pernyataan Kapolri yang mensinyalir adanya rencana makar dari kelompok tertentu.

Masyarakat yang hanya  menerima informasi secara  terbatas atau informasi yang palsu/hoax , bingung dengan situasi yang dihadapai saat ini.

Sebagian masyarakat yang pro Ahok berharap supaya Ahok kuat menghadapi situasi ini dan kasusnya dihentikan , sebagian masyarakat yang  meyakini Ahok  bersalah, geram  berharap Ahok segera dipenjara.

Kasus Ahok memaksa  presiden Jokowi melakukan safari politik dengan mengunjungi markas-markas Polisi dan TNI , bahkan mengunjungim markas pasukan khusus seperti Kopassus dan Paskhas. Juga melakukan pertemuan yang intensif  dengan para ulama, melakukan jamuan makan siang dengan para petinggi partai politik dan presiden sebelumnya.

Bukan hanya Jokowi,  juga  Panglima TNI melakukan ceramah atau kuliah terbuka di beberapa universitas  tentang  Bhineka Tunggal Ika, NKRI, Pancasila  dan ancaman intervensi dari negara lain .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun