Berbagai tulisan mengenai surat KPSI ke AFC telah diulas di kompasiana. Tergoda pula saya untuk sedikit menulis analisa saya. Reaksi yang ditunjukkan KPSI atas surat AFC sebelumnya sungguh di luar dugaan saya. Awalnya saya mengira KPSI sudah menyiapkan langkah-langkah yang cukup elegan dan mematikan apabila suatu saat diberi surat peringatan baik oleh AFC maupun FIFA. Menurut saya, apa yang tertuang dalam surat KPSI tersebut memang menggambarkan keadaan yang sebenarnya, dengan bahasa yang sangat lugu dan vulgar. Secara gamblang KPSI telah menceritakan keberhasilan atas "pemboikotan" mereka selama PSSI dipimpin Djohar Arifin. Dengan membeberkan kembali hasil-hasil buruk yang dicapai Timnas selama "pemboikotan" itu berlangsung.
KPSI mestinya bisa mengambil cara-cara yang lebih elegan misalnya dengan menkondisikan pemain ISL bersedia membuat surat pengunduran diri dari Timnas. Hal seperti ini banyak dilakukan oleh pemain-pemain dunia, walaupun biasanya dilakukan saat usia mereka sudah tidak produktif lagi. Namun sepanjang yang saya tahu, tidak ada aturan yang melarang pemain melakukan ini. Tentu saja saya sama sekali tidak berharap hal ini benar-benar dilakukan oleh pemain-pemain ISL. Alasan penolakan bahwa pertandingan yang akan dilakoni Timnas adalah bukan kalender FIFA juga sangat aneh. Di bagian akhir surat KPSI tersebut menyebutkan mereka akan mempersiapkan Timnas tersendiri untuk AFF. Padahal yang saya tahu AFF sendiri belum masuk kalender FIFA. Sea Games juga tidak masuk kalender FIFA, ingat waktu RD tidak bisa memanggil Stefano Lilipaly. Tentu kita ingat semasa NH memimpin PSSI, dua even itu selalu menjadi fokus dan target PSSI. Timnas level yunior belum pernah dipersiapkan seserius sekarang ini.
Semoga AFC sangat bijak mengambil langkah setelah membaca surat KPSI ini. Terima kasih KPSI, dengan surat tersebut telah terpampang jelas apa yang telah KPSI lakukan selama ini. Surat itu telah menjadi bukti, bukan kabar lagi. Semoga AFC tidak salah menentukan pihak mana yang akan diberikan sanksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H