[caption id="attachment_371593" align="aligncenter" width="590" caption="sumber gambar : www.envolveagency.com"][/caption]
Media massa memiliki berbagai macam jenis, antara lain media penyiaran seperti televisi dan radio, dan media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya. Zaman semakin maju dan diikuti pula oleh kemajuan teknologi, maka dari itu media juga ikut berkembang. Muncul teknologi baru yang kita kenal dengan istilah internet, dengan munculnya internet pada tahun 1990. Teknologi internet ini menciptakan jenis media massa baru, yaitu media online. Penemu program editor dan browser, Tim Berners Lee membentuk jaringan yang dikenal dengan world wide web atau www.
Internet dapat berkembang pesat dan seolah menyingkirkan media massa lain disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kemudahan seseorang untuk mengakses internet, hampir setiap orang dapat mengakses internet dimanapun dan kapanpun, yang dibutuhkan hanyalah jaringan internet dan perangkat yang bisa mengakses internet (PC, laptop, Handphone, dsb). Faktor lain adalah perkembangan teknologi yang semakin pesat disemua bidang termasuk di bidang internet.
Dari internet muncullah jenis media massa baru, yaitu media online. Media online sebagai media partisipatif dimana setiap orang dapat berinteraksi dan mencari informasi didalamnya. Media online memungkinkan orang untuk mencari dan mendapatkan informasi (konsumer), dan sebagai pembuat informasi itu sendiri (produser). Karena memungkinkan adanya interaksi maka dalam media online konsumer juga dapat bertukar informasi dengan konsumer lainnya.
Berbeda dengan televisi (audio & visual), radio (audio), dan media cetak (teks), media online mampu menyatukan semuanya mulai dari konten audio visual, audio, teks, hingga grafis. Dalam hal ini bukan hanya medianya saja yang mengalami perubahan tetapi di dunia jurnalisme juga. Munculnya internet menciptakan jenis jurnalisme baru yang dikenal dengan nama jurnalisme online.
Jurnalisme online muncul di tahun 1990-an seiring dengan perkembangan internet. Jurnalisme online dimudahkan dengan perkembangan teknologi nirkabel dan wireless pada perangkat yang bisa mengakses internet (PC, laptop, handphone, dsb). Mark Drudge, seorang pria berkebangsaan Amerika yang menciptakan situs berita Amerika pada 19 Januari 1998 berhasil mempublikasikan perselingkuhan Presiden Amerika pada saat itu Bill Clinton dengan Monica Lewinsky, dari berita perselingkuhan ini jurnalisme online bermula. Dari peristiwa inilah dinegara lain mulai memanfaatkan internet sebagai media penyebaran berita. Situs-situs pribadi seperti weblog atau blog mulai bermunculan dan melaporkan beberapa berita jurnalistik pada tahun 2000-an.
Di Indonesia, koneksi internet pertama dilakukan oleh Joseph Luhukay pada 1983 yang mengembangkan jaringan internet di Universitas Indonesia dan diberi nama UINet. Luhukay bersama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kemudian mengembangkan hal ini ke Universitas lain di Indonesia lain antara lain, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, Institus Teknologi Surabaya, Universitas Hasanudin dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jaringan ini dikenal dengan University Network (Uninet).
Media di Indonesia juga mengalami perkembangan dengan adanya media online ini. Media online pertama di Indonesia adalah republika.co.id pada 17 Agustus 1995. Jejak republika kemudian diikuti oleh media besar lain seperti kompas.com, tempointeraktif.com, bisnis.com, dan waspada.co.id (Harian Waspada, Medan). Namun, pada saat itu media yang mencoba memanfaatkan media online hanyalah menampilkan konten yang ada di surat kabar dipindahkan ke media online mereka.
Jurnalisme online baru benar-benar diterapkan di Indonesia pada Juli 1998 yang menerapkannya adalah Detik.com. detik.com memulai perubahan media online secara signifikan dari segi konten, bukan mengambil dari surat kabar tetapi benar-benar mencari berita dan dipublikasikan di media online. Jejak Detik.com diikuti oleh media online lain yang di mulai berkembang di tahun 2000an seperti astaga.com atau satune.com, namun hanya bertahan 2 tahun.
Di era reformasi semua media seperti terkekang dengan kepemimpinan rezim Soeharto. Maka pada tahun 1998 ketika terjadi peristiwa reformasi menolak rezim Soeharto menjadi tonggak kebangkitan pers di Indonesia tidak terkecuali media online. Dari segi konten pemerintah tidak lagi bisa mengatur persebaran informasi. Pada 7 Oktober 1990 ada sebuah milis yang terkenal pada saat itu, berjudul “Apakabar” yang dibuat oleh mantan staf kedutaan besar Amerika Serikat. Milis ini menjadi ruang diskusi bebas bagi orang-orang untuk berpendapat dan menyuarakan suaranya karena pada saat itu, media penyiaran, dan media cetak hampir seluruhnya diatur oleh rezim Soeharto, hanya media online internet yang belum bisa dikuasai secara penuh oleh rezim Soeharto. Di dalam milis ini berisi ajakan untuk turun kejalan menolak Soeharto dan kroninya.
Kini setelah rezim orde baru turun, media massa indonesia masuk kedalam era baru yaitu era digitalisasi (internet). Media cetak lahir karena lahirnya mesin cetak Gutenberg, media penyiaran lahir karena lahirnya teknologi penyiaran radio dan televisi, dan kini lahir internet dan melahirkan juga media baru yang disebut dengan media online. Indonesia sendiri kini berada di posisi keempat sebagai pengguna internet terbesar di Asia sebesar 65 juta masyarakat Indonesia pengguna internet di tahun 2012. Peringkat pertama berada di China dengan 513 juta pengguna, kedua India dengan 121 juta pengguna, dan ketiga Jepang dengan 101,2 juta pengguna internet.
Referensi :
- http://www.poynter.org/news/mediawire/28803/new-media-timeline/
- https://www.myedisi.com/aji/761/internet-media-online-dan-demokrasi-di-indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H