Mohon tunggu...
Stephanie Talaway
Stephanie Talaway Mohon Tunggu... -

Free mind thinker, Unpublished writer, Unlimited dreamer

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Budidaya Bahasa Indonesia

14 September 2012   21:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:27 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pesatnya pertumbuhan Negara Indonesia di tengah globalisasi masa kini telah memberikan kebanggaan kepada rakyatnya. Hal ini termasuk kemajuan Indonesia dalam mengadaptasi teknologi, pasar global dan bahasa. Tentu saja kemajuan ini bukanlah hal yang buruk, tetapi apakah itu berarti kehilangan budaya sendiri? Kehilangan jati diri adalah sesuatu yang menyedihkan, terkadang mengerikan dan saya khawatir, Indonesia sedang berjalan ke arahnya, terutama mengenai bahasa.

Bahasa Indonesia sekarang ini telah mengalami degradasi dalam penggunaan sehari-hari.  Sebagai seorang mahasiswa yang mendapatkan kesempatan kuliah di luar negeri, tentu saja pelajaran bahasa inggris sejak dini dan kebiasaan menggunakan bahasa inggris di dalam lingkungan pekerjaan (sebelum saya melanjutkan kuliah ke luar negeri) merupakan suatu keuntungan. Akan tetapi setelah saya berada di luar Indonesia, belajar berbagai jenis bahasa, berbagai jenis budaya dan pola hidup dari berbagai Negara, saya menyadari  bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu sangatlah penting dalam pemeliharaan budaya Negara kita. Jika melihat kondisi saat ini, berapa banyak diantara kaum muda yang masih menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan/penulisan sehari-hari? Berapa banyak orang yang masih mendengarkan musik Indonesia dibandingkan musik dalam bahasa asing? Berapa banyak orang tua yang masih mengajarkan bahasa Indonesia kepada anaknya? Sungguh sebuah ironi bagi saya, karena banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya sejak kecil di sekolah internasional dan mengajarkan anaknya untuk menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari di saat mereka tinggal dan tumbuh di Negara Indonesia. Sementara itu, saya melihat banyak orang Indonesia yang menikah dengan orang asing dan bahkan tinggal jauh dari Indonesia, masih berusaha mengajarkan dan meneruskan bahasa Indonesia kepada anak-anaknya. Ini adalah sebuah ironi yang menyedihkan,  karena masyarakat Indonesia seringkali tidak menyadari pentingnya bahasa kita di dalam pewarisan kultur dan budaya. Bahasa Indonesia tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang penting untuk dipelajari dan menggunakan bahasa asing dipandang lebih hebat. Bukankah ini sebuah degradasi yang cukup signifikan?

Menurut saya, bahasa adalah salah satu hal terkuat yang membedakan Negara kita dari Negara lain. Ketika pertama kali saya berada di spanyol, saya merasa sangat kesulitan dalam berkomunikasi dengan masyarakat disana, karena mereka tidak bisa (atau tidak mau) menggunakan bahasa inggris. Saya harus belajar bahasa Spanyol untuk bisa bertahan hidup. Hal yang serupa juga saya temukan di Italia. Dengan demikian, saya berusaha belajar bahasa lokal untuk percakapan sehari-hari dan mengerti lebih baik mengenai budaya dan cara hidup bangsa tersebut. Sementara teman saya dari eropa yang berkunjung ke Indonesia menyatakan, mereka tidak menemukan kesulitan sama sekali di Indonesia karena hampir semua orang Indonesia, bahkan penjual di warung atau tukang bajaj mampu memahami bahasa inggris. Tentu saja ini adalah hal yang baik dan positif tentang Negara kita di mata bangsa lain dan saya bangga akan hal tersebut. Akan tetapi, saya khawatir bahwa lambat laun, kita akan kehilangan “pembeda” kita. Entah terlampau jauh menggunakan bahasa asing atau terjebak dalam bahasa daerah, sehingga kita kehilangan arti dari bahasa persatuan kita, yang seharusnya merupakan keunikan bangsa kita.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu adalah salah satu jati diri bangsa kita. Kembali kepada masa Sumpah  Pemuda, ketika pertama kali bahasa Indonesia dideklarasikan sebagai bahasa persatuan, bukankah semua rakyat begitu bangga dan begitu antusias dalam bahasa pemersatu ini? Terdapat lebih dari 700 bahasa di Indonesia namun kita memiliki satu bahasa Indonesia sebagai pemersatu, bukankah itu adalah sesuatu yang menakjubkan dan patut dibanggakan? Bukankah itu sesuatu yang harus diteruskan dan diwariskan dari jaman ke jaman?

Saya berharap, bahasa Indonesia dapat dibudidayakan sebagaimana berbagai tradisi dan budaya yang baik di Indonesia. Globalisasi dan hubungan Internasional tentu merupakan hal yang juga penting bagi pertumbuhan negara kita. Namun sebagaimana sebuah pohon apel yang meski  bertumbuh di antara berbagai jenis pohon lainnya, haruslah tetap menjadi pohon apel. Demikian pula harapan saya kepada negara kita, seberapapun pesatnya pertumbuhan kita di tengah dunia, bahasa negara kita dan budaya bangsa kita adalah bagian dari jati diri kita. Budidayakanlah bahasa Indonesia, karena sebuah negara yang mampu menunjukan kekuatan bahasanya, mampu menunjukan kekuatan bangsanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun