Kami pun dibawa ke klinik terdekat yaitu Jesslyn Medical Center yang berada di Taman Surya. Disana kami langsung ditangani oleh dokter dan orang tua aku dan teman ku langsung di telpon oleh mama Amanda. Ketika kami berada di mobil Reyna terus bertanyaÂ
"Weh, kita jatoh ya ?" tetapi pada saat itu aku tidak begitu mempedulikan karena rasa sakit yang ada sudah menutupi segalanya. Ketika kami sampai di klinik tersebut tidak lama teman-teman ku yang lain pun datang untuk melihat keadaan ku dan Reyna. Ketika aku sedang diobati aku baru menyadari bahwa teman aku terus menanyakan hal yang sama, seperti seakan-akan ia tidak mengingat apa yang terjadi. Dilihat dari lukanya, kepalanya sempat terbentur hingga bengkak.
Mendengar hal itu membuat aku sangat takut karena aku tidak mau sampai teman aku lupa ingatan. Ia terus menanyakan "weh, kita habis jatoh ya?" "kita dimana?" "Manda lu ulang tahun ya?" ketiga pertanyaan itu terus berulang hingga puluhan kali. Aku pun mulai panik, takut, Â merasa sangat sedih dan bersalah, aku tidak akan memaafkan diri sendiri apabila teman ku benar-benar lupa ingatan. Setelah selesai diobati aku dan teman-teman lain berusaha mengajak ngobrol Reyna. Dengan rasa takut dan bersalah aku terus berdoa supaya dia tidak kenapa-napa.
Di sisi lain aku sangat bersyukur memiliki teman yang setia kawan yang tidak hanya ada di keadaan senang tapi ketika aku sedang terpuruk pun mereka juga ada.Â
"stef jangan salahin diri sendiri terus, reyna pasti ga kenapa-napa kok lu urusin diri lu sendiri aja jangan mikirin hal lain dulu." kata Amanda dan beberapa teman ku yang lain.
 "ga bisa reyna sekarang jadi kayak gini gara-gara gw sembarangan main hape."
Itu lah kata-kata yang terus keluar dari mulut ku, tetapi dengan sabar mereka terus menenangkan ku. Dari sana aku belajar untuk ga sembarangan main hape dan yang terutama aku belajar bersyukur atas pemberian Tuhan yaitu teman-teman yang baik dan setia sama aku dan mau terus mendukung dalam setiap keadaan, yang bisa menguatkan satu sama lain.
Perlahan-lahan ingatan Reyna mulai membaik mungkin karena rasa shock yang dialaminya sudah mulai menghilang. Aku pun sangat lega mendengarnya dan akhirnya kita semua pulang ke rumah masing-masing. Kejadian itu tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.Â
Terima kasih telah membaca cerpen ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H