Asap dan debu mengepul tebal
Membubuhi pandang setiap insan
Yang berlalu-lalang lewati aspal
Sembari menemani perjalanan
Langkah kaki berderap cepat
Tak ingin sedetikpun terlambat
Berharap sampai di tujuan dengan selamat
Tanpa salah alamat
Terkadang seyumpun tak sempat
Karena egoisme memuncak
Di tengah arus persaingan
Demi teruskan rantai kehidupan
Gedung-gedung pencakar langit
Perlahan menyenggol langit
Memenuhi ambisi jiwa
Tumpahkan segala kekalahan
Ini adalah tempat asing bagi sebagian orang
Namun disebutnyalah rumah untuk yang berbagi jiwa dengannya
Tempat yang membuat semua insan merasakan pahit kehidupan
Tak lupa tertinggal manis di dalamnya
Memang,
Dibalik wujudnya yang kokoh dan berani
Sekilaspun masih terlihat sadis
Tapi tetap ada welas asih pada yang ingin berlindung
Ia menjadi tempat dimana
Jiwa-jiwa dapat berbagi rasa
Pun jadi tempat impian
Bagi tubuh yang dibalut merah darah dan putihnya tulang
Kadang merasa terasing
Kadang merasa merana
Juga ada perasaan senang
Maupun perasaan diterima
Ia menjadi saksi bisu jutaan cerita
Pendengar setia yang sejatinya tak pernah pergi
Melebur bersama udara yang terhirup jiwa di dalamnya
Bersama perjuangan yang terbit tiap pagi
Oh,
Namanya jangan sampai terlupa
Jakarta,
Namanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H