Hai,
Apa kabar dirimu nan jauh disana?
Kau sekarang gundah gulana
Pikiranmu selalu berkelana
Ambisimu sekarang luas memenuhi nadi
Kau punya seribu cita-cita emas
Walau terkadang dirundung cemas
Ekspektasi jadi beringas
Apakah setiap waktu yang terlewat menjadi penyesalan bagimu?
Setiap detik adalah berharga
Impian tak tergapai ladang putus asa
Rendah diri akan menjamu
Sekarang kau berharap
Cobaan yang datang akan mendewasakan
Walau kerap kali api padam menjadi asap
Penantian haruslah berubah jadi tindakan
Kau juga senang bermimpi setinggi angkasa
Terkadang tak realistis karena tak seperkasa realita
Namun tak apa
Asal kau siap menyokong bahan bakar untuk anganmu
Kau beberapa kali terlalu terlena
Padahal ada ratus cara tak terhingga
Jika seumpama angkasa menghantammu keras ke tanah
Atau bahkan menghempasmu ke neraka
Kau sering kesulitan bagaimana merangkai ulang
Mimpi-mimpimu yang pernah jadi serpihan
Menjadi rangkaian utuh akan angan
Tak apa merangkak sedikit pelan, bukan?
Entah kau yang dari lima tahun lagi membaca
Entah sepuluh tahun
Entah dua puluh tahun
Atau saat kau sedikit renta
Semoga kau menjadi pribadi yang matang
Siap hadapi ragam rintangan
Mungkin saja hal itu mustahil kau lakukan sekarang
Tetapi tegakkanlah kepalamu dengan keyakinan
Tak perlulah kau menjadi penguasa dunia
Memimpin milyaran nyawa
Atau membawa manusia pada peradaban baru
Tak perlu
Pimpinlah duniamu sendiri
Dunia yang kau impikan
Bisa saja anganmu berubah seiring waktu, bukan?
Tak ada yang tahu
Teruslah hidup dalam rasa bahagia
Dalam angan yang penuh
Sepenuh saat kau berhasil menggapai
Hal kecil namun jadi bermakna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H