Dahulu, ketika kau masih mudah digendong oleh si Bunda,
Ketika si Ayah pulang lalu kau hujani lompatan ke pelukannya,
Ingatkah kau seberapa senang kau dengan kehadiran mereka?
Ingatkah kau seberapa besar rasa sayang yang ada di hati kecil saat itu?
Lalu, ketika kau menginjak masa remaja, apa pernah kau berkata "Aku benci ayah" atau "Aku benci bunda"?
Kau menjadi senang ketika mereka berada diluar jangkauanmu, bahagia tak terkekang, lebih baik berkumpul bersama teman tongkrongan
Larut, sudah jam dua belas malam
Kau ditelpon bunda, atas usul ayah diam-diam, kata Bunda "kau pulang jam berapa? Ayah sudah tidur"
Katamu "Biarlah Bunda, aku 'kan sedang kumpul sama teman-teman, biarlah aku menikmati masa remaja lah" dan kau matikan telpon genggam milikmu
Kalut, kau si yang kali ini tidak bisa tidur, karena si buah hati berusia enam belas tahun belum pulang, tepat sebelum tengah malam, kau hubungi dia, tetapi jawabannya buat pikiranmu melayang ke tiga puluh tahun sebelum
Waktu itu, si Bunda pernah bilang "Yasudah, Bunda tidur dulu,kalau ada apa-apa telpon Bunda ya"
Tepat pukul tiga subuh saat pintu kau buka, si Bunda benar tidur, bukan di kasur, tapi di sofa ruang tamu
Pikiranmu semerawut, karena memori berputar di kepalamu
"Aku rindu Bunda, juga rindu Ayah"
Bunda yang sekarang, sudah tidur nyenyak bersama Ayah, yang kali ini tidak pura-pura tidur seperti saat Bunda menelponmu dulu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H