Ada beberapa kritik terhadap mazhab ekonomi Keynesian, diantaranyaÂ
- Bias Inflasi
Kebijakan Keynesian yang ekspansif (meningkatkan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak) dapat menyebabkan inflasi, terutama jika ekonomi sudah mendekati kapasitas penuhnya.
Jika permintaan agregat meningkat melebihi kapasitas produksi ekonomi untuk memenuhinya, maka akan terjadi persaingan untuk barang dan jasa yang terbatas. Hal ini mendorong harga-harga naik, yang merupakan inti dari inflasi tarik permintaan. Contoh sederhananya, sebuah stadion yang hanya mampu menampung 10.000 orang, tetapi ada 15.000 orang yang ingin masuk. Akibatnya, harga tiket akan melonjak.
Contohnya pada tahun 1970-an di AS mengalami stagflasi yaitu inflasi tinggi dan pengangguran tinggi yang terjadi secara bersamaan. Faktor utama yang menyebabkan hal tersebut karena adanya embargo minyak oleh OPEC pada tahun 1973 dan krisis energi kedua pada tahun 1979 menyebabkan lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak ini menaikkan biaya produksi di berbagai sektor ekonomi, yang kemudian diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Dengan munculnya hal tersebut efektivitas kebijakan keynesian diragukan, kebijakan fiskal dan moneter ekspansif yang direkomendasikan oleh Keynesian gagal mengatasi stagflasi. Bahkan, beberapa berpendapat bahwa kebijakan tersebut justru memperburuk keadaan.
- Utang Pemerintah
Peningkatan belanja pemerintah dapat menyebabkan tingginya tingkat utang publik. Utang yang tinggi dapat menekan investasi swasta dan menaikkan suku bunga, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. Contohnya paket stimulus pasca krisis keuangan 2008 menyebabkan peningkatan utang nasional yang signifikan di berbagai negara. Krisis keuangan global tahun 2008 menyebabkan resesi ekonomi yang parah di banyak negara. Sebagai respons, banyak pemerintah, termasuk AS dan negara-negara Eropa, meluncurkan paket stimulus fiskal yang besar-besaran. Paket-paket stimulus ini melibatkan peningkatan belanja pemerintah untuk infrastruktur, bantuan tunai, dan program-program lainnya dengan tujuan menghidupkan kembali perekonomian. Dengan adanya paket stimulus tersebut, maka dapat menyebabkan peningkatan utang nasional yang signifikan di banyak negara. Meskipun stimulus tersebut mungkin membantu mencegah resesi yang lebih dalam, namun juga meninggalkan warisan utang publik yang tinggi.
- Pengabaian Sisi Penawaran
Ekonomi keynesian, yang berfokus pada manajemen permintaan agregat sebagai kunci untuk menstabilkan perekonomian, dianggap kurang memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan perekonomian untuk memproduksi barang dan jasa. Contohnya, jika pemerintah hanya fokus pada subsidi untuk konsumsi tanpa memikirkan insentif bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, maka inovasi akan terhambat dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan terpengaruh.
- Efek crowding out ( Pengusiran Investasi Swasta)
Kebijakan fiskal ekspansif Keynesian, seperti peningkatan pengeluaran pemerintah, dapat menyebabkan crowding out. Ketika pemerintah meminjam uang untuk membiayai pengeluarannya, hal ini dapat meningkatkan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi dapat mengurangi investasi swasta karena biaya pinjaman menjadi lebih mahal.
Ketika pemerintah meningkatkan belanjanya tanpa diimbangi dengan peningkatan pendapatan pajak yang sepadan, pemerintah perlu meminjam dana dari pasar modal dengan menerbitkan obligasi atau surat utang negara. Hal ini meningkatkan permintaan akan dana pinjaman di pasar. Dengan meningkatnya permintaan dana pinjaman, sementara penawaran dana (tabungan masyarakat dan investor) relatif tetap atau tidak meningkat secepat permintaannya, maka hukum pasar akan mendorong suku bunga untuk naik. Suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan investor swasta. Akibatnya, proyek-proyek investasi yang sebelumnya dianggap menguntungkan dengan suku bunga yang lebih rendah, menjadi kurang menarik atau bahkan merugi dengan suku bunga yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan menunda atau membatalkan rencana investasi mereka. Inilah yang disebut efek crowding out, di mana pengeluaran pemerintah "mendorong keluar" investasi swasta. Contohnya pada tahun 1980-an pinjaman pemerintah yang tinggi di AS menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi dan berkurangnya investasi swasta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H