Mohon tunggu...
stephani arum sari
stephani arum sari Mohon Tunggu... -

Saya Stephanie, mahasiswi Ilmu Komunikasi UAJY.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mindy Berbagi Ilmu Mengenai Twitter

10 Mei 2012   16:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:28 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Belum lama ini, Prof. Mindy McAdams (Journalism Departement, University of Florida) berkunjung ke Yogyakarta untuk berbagi ilmu mengenai fenomena jurnalisme online. Mindy menjadi pembicara dalam seminar yang diadakan oleh Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Rabu (9/5) lalu. Dalam seminar bertajuk “Professional Standard in Journalism : Twitter, Ethics, Cyber Media” tersebut, Mindy mampu mencuri perhatian peserta seminar selama kurang lebih tiga jam.

Bagi Mindy, fenomena munculnya media online memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan. Melalui media ini, iklim demokrasi lebih terasa dalam dinamika rakyat. Mereka menggunakan social media sebagai wadah curahan suara mereka supaya dapat didengar. Protes dan kritik akan kondisi sosial politik Negara dapat tersampaikan melalui media ini.

Setiap Negara memiliki pedoman dalam praktek kerja jurnalisme yang tercermin dalam Kode Etik Jurnalisme. Demikian halnya dengan jurnalis di Indonesia yang menjadikan Kode Etik Jurnalistik sebagai tonggak pedoman dalam berkarya. Jurnalisme online tidak menutup diri akan Kode Etik tersebut. Ia menggunakan kode etik yang sama seperti media lainnya.

Prinsip mekanisme kerja dalam jurnalisme adalah diseminasi informasi ke tengah-tengah masyarakat. Praktik ini juga diterapkan dalam jurnalisme online, sama-sama melakukan penyebaran informasi. Namun menurut Mindy, tidak semua media sosial masuk dalam pusaran jurnalisme. Bagaimana supaya media sosial mampu menerobos ruang gerak jurnalisme? sebarkanlah informasi yang penting diketahui bagi khalayak luas!

Terkait dengan media sosial, jaman sekarang beberapa wartawan memanfaatkan Twitter dalam praktek jurnalisme. Ini memang sebuah gebrakan baru, dimana sebagian jurnalis senior belum menggunakan kesempatan tersebut.

The old journalists not use Twitter, or they don’t know how to do that?”, sindir Mindy yang mengundang gelak tawa peserta seminar.

Penggunaan Twitter sebagai media yang digunakan oleh jurnalis juga tidak sembarangan. Tidak semua pemberi informasi di Twitter dapat disebut sebagai seorang jurnalis. Mindy menjelaskan beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan jurnalis.

Pertama, mengenai identitas. Jika identitas yang diusung adalah personal, maka harus menunjukkan kesan yang profesional. Tunjukkan dengan jelas identitas asli, jangan menyebutkan mengenai kesenangan, hobi dan apa yang tidak disukai. Identitas yang jelas dan kesan profesional akan berdampak pada tebalnya kepercayaan publik pada jurnalis.

Jika identitas yang diusung adalah institusi media, maka ada baiknya penulisan berita menambahkan link supaya publik dapat melihat kelanjutan informasi. Jangan hanya melakukan copy-paste, namun pikirkan bagaimana posisi publik kala melihat tulisan kita. apakah itu menarik dan mengundang mereka untuk membaca lebih lanjut atau tidak.

A journalist must smart! Not just copy paste!”, Mindy menegaskan.

Kedua, Twitter memang memiliki keterbatasan soal karakter huruf, hanya 140 karakter saja. Dengan demikian, seorang jurnalis harus benar-benar memanfaatkan keterbatasan itu semaksimal mungkin.

Ketiga, cari dan ikuti sumber atau informasi yang benar-benar berguna dan kompeten. Jangan hanya mengikuti akun yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Keempat, jangan malu untuk follow dan belajar dari jurnalis lainnya. Hal ini penting untuk dilakukan. Jurnalis satu dan lainnya dapat saling bertukar pengalaman dan ilmu dalam hal mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Mereka juga dapat saling berbagi informasi, supaya semakin memperkaya satu dengan lainnya.

Kelima, jika ingin berbagi informasi dan link, maka bagilah yang sekiranya memberi manfaat bagi masyarakat. Jangan hanya berbagi soal masalah pribadi. Melalui media sosial, jurnalis dapat mengangkat persoalan yang belum diketahui sebelumnya oleh publik. Mekanisme demikian dirasa lebih mampu menciptakan perubahan menjadi lebih baik di masyarakat.

Keenam, liputlah kejadian breaking news atau live. Namun jika meliput hal ini, tunjukkan bahwa jurnalis memang hadir di tempat tersebut. Hal ini dilakukan supaya publik menaruh kepercayaan pada jurnalis.

Ketujuh, jangan hanya asal meretweet tanpa melakukan konfirmasi atas pesan tersebut. Ada baiknya, selalu melakukan verifikasi narasumber serta informasi yang diberikan.

Not just Retweet, you must checking and checking. Find out, that’s true or not!”, tegasnya.

Pada akhir seminar, Mindy kembali menegaskan pentingnya jurnalis untuk lebih terbuka pada keberadaan social media. Jadikan hal tersebut sebagai sarana alternatif untuk lebih memajukan kinerja jurnalis menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun