Mohon tunggu...
Stephanie Anggreinie
Stephanie Anggreinie Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pembelajar

Ibu rumah tangga, pengajar musik privat, konten kreator dan mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lev Vygotsky: Zone of Proximal Development

1 Oktober 2021   03:48 Diperbarui: 15 Oktober 2021   15:10 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lev Vygotsy (1896-1934) adalah psikolog asal Rusia yang terkenal karena teorinya mengenai Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD merupakan zona dimana anak bisa berkembang potensinya dalam interaksi sosial dengan bantuan orang lain (MKO/More Knowledgeable Other).

Vygotsky juga menekankan pentingnya struktur belajar (scaffolding) yang membantu anak mencapai zona potensinya. Untuk menjalankan scaffolding, anak membutuhkan peran orang dewasa yang memberikan susunan struktur materi atau elemen tugas. Susunan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan yang sudah dimiliki oleh anak.

Memberikan tugas yang terlalu mudah akan membuat anak bosan, dan sebaliknya memberikan tugas yang terlalu sulit akan membuat anak kewalahan dan akhirnya tidak dapat memahami materi.

Di dalam kelas, teori ini dapat diberikan dengan memberikan contoh, petunjuk, isyarat, dan mengadaptasi materi atau aktivitas. Metode belajar kooperatif juga ditekankan untuk memungkinkan interaksi antar anak, sehingga anak dapat belajar dari teman lainnya yang memiliki kemampuan lebih.

Kalau kita telaah, sebenarnya strategi ini sudah digunakan dalam segala bentuk pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. Contoh dalam keseharian, yaitu saat anak saya di rumah tidak dapat membuka pintu ia mendorong-dorong pintu dengan frustasi. 

Setelah saya perhatikan, ternyata pintu tidak dapat terbuka karena terdorong ke dalam saat gagang belum sepenuhnya turun.

Sumber: www.pinterest.com
Sumber: www.pinterest.com

Kemudian saya memecah tugas ke dalam tiga langkah, yaitu turun, tahan dan dorong. 

“Pertama, kamu turunkan gagangnya ya sampai mentok. Sudah? Sekarang kamu tahan gagangnya tetap di bawah. Sambil tetap ditahan, sekarang dorong daun pintunya perlahan ya. Ingat, turun, tahan, dorong.” 

Menggunakan tiga langkah tersebut kemudian dia pun berhasil membuka pintu. Keesokan harinya dia pun mencoba lagi sambil berbicara kepada dirinya sendiri, “turuuun, tahaaan, dorooong” dan akhirnya berhasil membuka pintu tanpa bantuan.

Dalam dunia pendidikan contohnya, waktu saya mengajarkan anak yang tidak bisa bernyanyi dengan nada yang tepat. Setiap kali diminta untuk menyanyikan nada tertentu, nada yang dinyanyikannya selalu keluar jauh dari nada yang diminta. 

Akhirnya saya memintanya untuk menyanyikan sembarang nada yang dia bisa lalu menahan nada tersebut dengan panjang. 

Dari zona nyamannya tersebut, saya kemudian meminta dia menyanyikan 1 nada di atas dan di bawahnya, dan dia masih dapat melakukannya dengan baik. 

Kesulitan pun terus saya tambahkan secara bertahap sehingga akhirnya dia dapat memperluas rentang suaranya dan bernyanyi dengan nada yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun