Setiap pembelajaran tentunya memiliki tujuan untuk membuat murid menjadi lebih baik. Untuk itu teori belajar perlu dipelajari agar pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Teori belajar behaviorisme adalah teori belajar yang mengutamakan perubahan tingkah laku siswa akibat adanya stimulus dan respons (Nahar, 2016, 64). Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut (Nahar, 2016, 66).
Give me a dozen healthy infants, well-formed, and my own specified world to bring them up in and I'll guarantee to take any one at random and train him to become any type of specialist I might select---a doctor, lawyer, artist, merchant-chief and, yes, even into beggar-man and thief, regardless of his talents, penchants, tendencies, abilities, vocations and race of his ancestors (Watson, 1926b, p. 10).
Dia memperdengarkan suara keras kepada bayi yang kemudian merespons dengan tangisan. Kemudian dia memperdengarkan suara keras tersebut sambil memperlihatkan tikus kepada bayi tersebut secara berulang, hingga si bayi menangis setiap melihat tikus walaupun tidak ada suara keras. Kebanyakan dari karya Watson lebih menekankan pada peran stimulus dalam menghasilkan respons karena pengkondisian, karena itu ia dijuluki pakar psikologi S - R (stimulus-respons) (Fajar, 2008, 4).
Classical conditioning yang pernah saya terapkan dalam pendidikan yaitu dengan memulai sesi kelas vokal dengan memainkan lagu kesukaan murid sambil melakukan peregangan tubuh sebelum mulai bernyanyi. Suasana hatinya di sepanjang waktu belajar menjadi lebih baik dan murid tersebut dapat menyerap ilmu dengan lebih efektif.
Salah satu penerapan operant conditioning yang pernah saya lakukan yaitu saat menghadapi murid yang sering terlambat datang. Apabila murid datang tepat waktu maka materi akhir diberikan dalam bentuk permainan. Apabila murid tersebut terlambat masuk maka permainan tidak akan diberikan. Dengan begitu murid selalu memilih untuk datang tepat waktu.
Seperti pada contoh-contoh di atas, setiap guru seperti saya sendiri pasti pernah mengalami bagaimana behaviorisme memberikan efek positif dalam perubahan perilaku murid. Namun demikian efek yang nampak secara langsung tersebut sesungguhnya bukanlah atas dasar motivasi dari dalam diri murid. Karena itu apabila sistem penguatan dan hukuman suatu saat tidak berjalan, prilaku yang tidak diinginkan dapat muncul kembali.Â
Dibalik sisi negatif dari behaviorisme tersebut, kita sesungguhnya masih membutuhkan penggunaan teknik mengajar ini dalam menghadapi berbagai situasi dan karakter murid. Tentunya sambil memberikan pengarahan dan pengertian dengan cara yang paling sesuai untuk murid tersebut agar motivasi instrinsiknya untuk belajar juga ikut terbentuk.
Fajar, S. (2008). Teori belajar. Makalah FKIP, Universitas Negeri Surakarta.