Mohon tunggu...
Stephanie Octavia
Stephanie Octavia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Halo semuanya. Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung ke profil kami

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bina dan Kembangkan Budaya Melayu Riau pada Era Globalisasi

17 September 2021   08:02 Diperbarui: 17 September 2021   15:07 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era globalisasi ini budaya Melayu Riau mulai pudar karena mendapat pengaruh dari luar. Seperti Langgam Melayu, merupakan kesenian bernyanyi yang pernah popular di era tahun 80-an, namun perlahan-lahan mulai terkikis.

Maka dari itu hal yang perlu diperhatikan dalam membina budaya yaitu adanya sifat positif masyarakat Melayu terhadap budaya sendiri, sikap positif itu ialah:

  1. kebanggaan terhadap Budaya Melayu Riau
  2. setia terhadap Budaya Melayu Riau
  3. sadar akan fungsi dan makna akan budaya tersebut

Masyarakat Melayu Riau sendiri masih memegang adat dengan teguh. Pengaruh adat terasa dalam sikap dan perilaku sebagian besar masyarakat terutama di daerah pedesaan dan pedalaman. Adat Melayu Riau adalah adat yang bersendikan Syariat Islam. Islam dan adat Melayu saling mempengaruhi yang kemudian membentuk satu budaya baru yang salah satunya tercermin dalam pakaian yang dikenakan. Terdapat larangan dalam berpakaian yaitu:

  1. larangan membuka aurat : Perilaku orang yang memakai pakaian yang tidak menutupi auratnya itu sangatlah di celah dan di pantangkan baik oleh agama Islam maupun oleh adat resam Melayu yang mengacu kepada Agama Islam.
  2. larangan terlalu tipis : Orang tua mengatakan semakin tipis bajunya, semakin tipis imannya. Dalam ungkapan adat dikatakan "Apabila berkain baju terlalu tipis, di situlah tempat setan dan iblis, "atau dikatakan, "Apabila memakai baju terlalu jarang, malu tak ada aib pun hilang, "atau dikatakan, "Sesiapa memakai tembus mata, tanda dirinya di dalam nista".
  3. larangan terlalu ketat : Ungkapan adat mengatakan, "Apabila memakai terlalu ketat, agamanya hilang binasa adat", atau dikatakan, "Sesiapa berbaju terlalu sempit, imannya malap jiwanya sakit". Ungkapan Selanjutnya menegaskan, "Tanda melayu memegang adat, pantang sekali berbaju ketat", atau dikatakan, "Tanda orang teguh beriman, pakaian sempit dia jauhkan".
  4. larangan memandai-mandai : Yang dimaksud dengan Pantangan Memandai-mandai adalah pantang membuat ataupun memakai pakaian dengan sesuka hati semata-mata tanpa memahami dan memperdulikan larangan dan ketentuan adat-istiadat yang berlaku.

Tidak hanya itu Budaya Melayu juga dapat dibina dan dikembangkan melalui Pendidikan, misalnya dengan memasukkan Budaya Melayu ke dalam kurikulum. Bahasa Melayu penting artinya bagi orang Melayu, Bahasa tersebut dipandang juga sebagai cerminan budi pekerti.

Oleh karena itu, Bahasa dan Budaya Melayu Riau perlu dibina dan dikembangkan. Pengaruh asing boleh saja masuk, namun jangan sampai menghilangkan identitas. Karena Bahasa Melayu Riau merupakan Bahasa Nasional yakni Bahasa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun