Mohon tunggu...
Abang Stenly
Abang Stenly Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Pemulung Kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menggali Duka dan Harapan di Balik Jeratan Utang Orang-orang Desa

10 Maret 2024   08:50 Diperbarui: 10 Maret 2024   09:02 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di balik hijauan dan sederhana kehidupan desa, tersembunyi kisah pahit yang melilit hati. Orang-orang di desa, dengan tangan terulur, telah terjebak dalam jerat hutang yang menggerogoti kehidupan mereka. Tanpa memikirkan kemampuan membayar, mereka terperangkap dalam cengkeraman hutang yang semakin menggila.

Hutang, bukanlah pilihan mereka, melainkan konsekuensi dari pengaruh lingkungan yang kuat dan tipu daya lembaga-lembaga berkedok koperasi. Terbuai oleh janji manis dan impian palsu, mereka meminjam tanpa sadar akan beban yang akan mereka pikul di kemudian hari.

Namun, ketika petugas mengunjungi rumah untuk menagih, mereka bukanlah penjahat, melainkan manusia yang merasa terjepit. Lari dari rumah bukanlah tindakan yang bermaksud melarikan diri, melainkan dorongan untuk menyelamatkan diri dari malapetaka yang semakin dekat.

Tapi di balik duka itu, masih ada harapan yang menyala. Harapan untuk menemukan jalan keluar dari jeratan hutang yang menghimpit. Harapan untuk mendapatkan keadilan dan pemulihan. Harapan untuk hidup bebas dari bayang-bayang hutang yang mengganggu.

Mungkin, dengan cahaya pengetahuan dan bantuan yang tepat, orang-orang di desa bisa memutuskan rantai hutang yang mengikat mereka. Dan mungkin, di balik kesulitan itu, mereka akan menemukan kekuatan untuk bangkit kembali, membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Kisah orang-orang di desa ini, bukanlah sekadar cerita sedih yang terlupakan. Mereka adalah panggilan bagi kita semua untuk peduli dan bertindak. Karena di tengah-tengah kegelapan, masih ada cahaya harapan yang bersinar, menanti untuk ditemukan dan diperjuangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun