Mohon tunggu...
Christina Dini
Christina Dini Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar Nulis

Belajar Nulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terperangkap

6 Juli 2022   17:25 Diperbarui: 6 Juli 2022   17:36 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ribuan purnama mengiringi semesta

Terang dan gelap silih berganti menghampar pada savana

Kala kantuk mengerang namun mata enggan terpejam

Jiwaku masih saja terpatri bak perahu yang berlabuh ditepi pantai

Yang berkhayal 'tuk berlayar ke pulau seberang mencari semburat kebahagiaan

Cintaku berpaling pada induk semangnya

Bergumul menarik akar mencabut rasa, sayang... yang ada rapuh jemari ini

Aku sepi sendiri meski disini berjejal tawa, bualan dan kedengkian

Berlari tapi apa daya tangan-tangannya menarik dan mencengkeram langkahku

Berteriak meronta tapi telinga mereka bebal, tak mampu mendengarku

Percuma saja lagipula ratapan tangis ibuku membuatku terdiam pasrah kembali dalam cengkraman

Hatinya terlalu lembek mengandalkan semua rasa sekitar tapi bukan rasaku

Dan aku semakin terperangkap di setiap sudut duka nestapa ini

Akankah kebahagiaanku diujung pulau dapat kurengkuh?

Atau hanya mampu menatapnya tanpa tersentuh?

Ahk entahlah, aku tak tahu...


Suatu senja dipinggiran kota, 06 Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun