Mohon tunggu...
Stefka Wangsa
Stefka Wangsa Mohon Tunggu... Penulis - Content Creator

Always be a wise writer. Every word you write can change the world.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengartikan Generasi Z yang Sesungguhnya

18 Juli 2024   02:55 Diperbarui: 18 Juli 2024   03:04 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui generasi z sering sekali mengikuti trend, seperti tidak ingin melewatkan apapun itu juga. Sehingga tidak heran, di era sekarang ini generasi z dianggap terlalu mengekspos apapun itu ke dalam dunia maya ataupun kehidupan realitanya. Perlu diketahui pula bahwa mereka sebenarnya hanyalah generasi yang ingin mengekspresikan dirinya baik di dunia maya maupun di dunia realita dengan menggabungkan trend. Namun perlu diakui pula, terkadang malah memiliki kesan berlebihan, ada pula berlebihan sehingga merugikan orang lain.

Seperti contoh saat ingin membuat konten yang sebelumnya sebatas ingin menghibur, tetapi berakhir malapetaka. Sebagai contoh kasus, yaitu saat ingin membuat konten dengan tema prank mungkin bagi yang mendengar adalah hal yang memang dapat membuat orang lain akan tertawa, tetapi bagaimana jadinya jika konten prank ini seolah ingin memberikan hadiah mungkin kepada sahabatnya yaitu petasan. Ia tahu bahwa temannya sangat takut dengan petasan namun, hanya karena ingin berkonten ia rela menggunakan temannya sebagai objek atau bahan agar kontennya ditonton banyak orang dengan sengaja melempari petasan yang awalnya ia kira tidak akan menyala dan ternyata petasan tersebut terpental mengenai sahabatnya itu.

Contoh kasus ini tentu semua itu kembali dari bagaimana individu dari generasi z ini, karena faktor ini bisa ditentukan juga kepada pola pikir dari anak tersebut. Terkadang beberapa generasi z seperti ini tidak berpikir panjang, dan terlalu menggampangkan segala sesuatunya, bahkan bisa diartikan menjadi nekat dengan alasan awal ingin terkenal dan menghasilkan uang dengan cara yang mudah.

https://www.freepik.com
https://www.freepik.com

Nah hal ini tentu membuat buruk wujud dari generasi z ini, dan sehingga membuat banyak orang terutama generasi atas dari generasi z ini berpikiran bahwa semua sifat dan perilaku yang akan ia temui dari setiap individu generasi z ini sama buruknya. Mungkin hal ini tidak semua orang berpikiran akan hal seperti demikian, hanya kelompok orang yang secara pemikirannya masih belum luas saja, karena hanya melihat satu pihak atau kesalahan dari individu yang kebetulan saat ditemui secara sikap dan perilakunya kurang baik.

Jika kita bisa melihat lebih luas lagi banyak generasi z ini yang memiliki sikap maupun perilaku yang baik bahkan memiliki banyak prestasi. Seperti contohnya seorang content creator yang ahli dengan matematika bernama Jerome Polin, yang sering sekali membagikan konten-konten seputar matematika yang bertujuan untuk mengajak orang dapat lebih paham matematika dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Sehingga tidak heran pula dia juga menjadi mahasiswa cumlaude di kampus jepang bernama Waseda.

Tidak hanya Jerome Polin, tetapi ada pula 2 kakak beradik bernama Mischa dan Devon, keduanya berhasil mendapatkan 33 medali kompetisi pada bidang matematika dan sains international di usia mereka yang masih sangat muda. Hal ini dapat diartikan pula bahwa bagaimana sikap dan perilaku generasi z ini tergantung dari lingkungan individu itu sendiri, terutama lingkungan cara didik di dalam keluarganya tersebut. 

Pandangan Generasi lain Terhadap Generasi Z yang Perlu diperbaiki

https://www. dribbble.com
https://www. dribbble.com

Pandangan generasi z ini dimata generasi lainnya mungkin sebagian memandangnya buruk ada pula baik. Dan karena itu, penulis telah mencoba untuk berdiskusi dan mewawancarai salah seorang generasi atas yaitu generasi X. Dimana hal ini dikarenakan beliau juga mempunyai 3 orang anak yang bergenerasi Milenial dan generasi Z. Beliau mengatakan bahwa generasi Z, pada umunya generasi yang lebih sulit diatur, punya ego seakan merasa dirinya paling sempurna, sehingga membuat mereka jadi sulit untuk diatur.

Sedangkan beliau mengatakan di balik itu semua terdapat sisi positifnya dari generasi Z ini, yaitu generasi Z ini bisa menjadi lebih baik, dan itu semua tergantung bagaimana cara didik di dalam keluarga atau rumah. Beliau juga memberitahu bahwa pengaruh paling besar adalah cara mendidik saat di rumah.

Hal ini pun dapat dilatih seperti diberikan pengertian, masukan, diajarkan berkomunikasi dengan orang yang lebih tua harus lebih sopan, lalu bagaimana nada bicara mereka terhadap orang lain. Lalu bagaimana yang terpenting semua ini demi adanya pembentukkan karakter yang positif untuk dirinya dan orang lain yang mereka temui dimana saja, terlebih saat berada di dunia kerja.

Sehingga, hal ini dapat kita simpulkan bahwa bagaimana karakter dan perilaku dari generasi z itu, tergantung dari bagaimana pola didiknya saat di dalam rumahnya. Oleh karena itu, semakin bijak dan selalu diberikan pengertian maupun pembentukkan karakter, semakin baik pula individu dari generasi z tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun