Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempar! Dahlan Iskan Membedah "Leluhur Minahasa Penguasa Dinasti Han"

30 Oktober 2020   17:45 Diperbarui: 30 Oktober 2020   18:36 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak Boseke, ni hao. Saya Dahlan Iskan, baru selesai membaca buku Pak Boseke. Hebat sekali. Luar biasa. Sangat mengubah sejarah Minahasa! Salut. Xie xie."

Demikian ungkapan pak Dahlan dalam percakapan langsung lewat WA dengan Weliam H. Boseke pada tanggal 28 Oktober, dan keesokan harinya pas hari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah muncul tulisan Dahlan Iskan di blog pribadinya, http://www.disway.id, berjudul: Membedah Buku Leluhur Minahasa karya Weliam H. Boseke.

Dan gemparlah dunia maya tanah air, khususnya yang terkait dengan sebuah entitas wilayah dan penduduk di ujung Celebes ini. Itu karena Dahlan Iskan yang punya kisah indah dengan Minahasa, terkait karier profesional ya sebagai wartawan dan sebagai pengusaha media nasional.

Tulisan beliau memang selalu renyah dan bernas dinanti-nanti sidang pembaca yang luas. Bukan saja karena beliau pengusaha sukses di dunia media khususnya, tapi juga seorang mantan menteri yang pernah membawa banyak perubahan cara kerja di dunia pemerintahan yg serba birokratis dan tak jarang terkesan rumit dan jadinya berat, lamban, menjadi ringkas dan cekatan.

Menarik sekali Dahlan Iskan mengungkapkan kejujuran dia dalam membaca buku ini. Dia bersedia mengubah kebiasaan lamanya karena asumsi tertentu. Merasa lebih percaya dengan kualitas pengantar dari seorang Profesor daripada penulis yg bukan seorang akademisi kampus.

Dan ternyata dia kecele sendiri, mendapati dirinya dibuat kaget oleh sang Profesor sendiri yang justru sudah lebih dulu dibuat kaget oleh si Penulis dengan temuan-temuannya yang mencenangkan, bahkan menggemparkan dunia keilmuan, bahkan sampai sang akademisi mau mengubah beberapa tulisan bukunya sendiri.

Cara Boseke menemukan itu memang di luar cara seorang peneliti ala akademisi kampus dengan prosedur tertentu. Ini sungguh menarik dan luar biasa, di tengah iklim budaya penelitian yang serba terjepit dengan minim dana dan terlebih terkungkung dalam prosedur teoretis akademis rujukan belaka.

Tapi jelas temuan Boseke tak diragukan karena memiliki bobot obyektivitas ilmiah yg tinggi karena siapapun bisa memverifikasinya dengan metode tertentu. Bahkan orang lain bisa membuat falisifikasi dan hanya untuk menegaskan kembali kebenaran obyektif dari sisi bahasa terutama yang telah dan sedang dibuat Boseke, dengan kemandirian dari sisi pendanaan dan cara yang digunakan. Sungguh menarik, luarbiasa dan mengagumkan!

Kisah ketertarikan dan kegemparan ini bisa dibandingkan dengan kisah dalam pendahuluan buku yg terbit 1988, The Alchemist, ditulis oleh sastrawan dunia asal Brasil, Paulo Coelho.

Singkatnya, dalam perjalanan sekelompok manusia dengan karafan, sang tokoh pencari harta kartun bernama Santiago dikisahkan memanfaatkan waktunya dengan membaca sebuah kisah lama, yakni mitologi tentang Narsisus yg selalu datang mengagumi bayangan ketampanan dirinya sendiri di tepi danau yg tenang dan jernih. Sampai suatu saat  akhirnya Narsisus tercebur dan tenggelam. Mati di dalam danau itu.

Sampai di situ kisah lama itu berakhir. Tapi makin menarik lagi karena ternyata masih berlanjut dengan kisah tentang Dewa-Dewi yang mengagumi ketampanan Narsisus itu dan juga sedang mencarinya, dari hutan ke hutan, dan tibalah di tepi danau yang diketahui adalah tempat favorit Narsisus. Tapi dewa dewi hanya mendapati sang Danau sedang menangis sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun