Cerita di balik Publikasi Buku Leluhur Minahasa, sebuah Hidayah Sejarah
Publikasi buku Penguasa Dinasti Han Leluhur Minahasa terbitan Pohon Cahaya, Yogyakarta, Januari 2018 ini begitu fenomenal dan menimbulkan pro kontra. Diakui atau tidak, faktor persepsi orang, termasuk kaum akademisi tertentu, terhadap latar belakang penulis buku yang bukan dari tradisi akademis cukup terasa. Nampak ada nada skeptis, apakah yang memungkinkan seorang Welliam Boseke menemukan rahasia asal usul bahasa Minahasa.
Sikap ragu dan cenderung anggap sebelah mata ini mulai berubah, misalnya ketika makin disadari bahwa banyak kata dan ungkapan kuno yang sejak awal mulai dituliskan, ternyata tak bisa dipahami lagi bahkan oleh mereka yang mendaku dan didaulat sebagai ahli bahasa Minahasa itu sendiri. Dan penulis berhasil membantu para ahli menyingkap, menyambung, meluruskan apa yang hilang, putus, dan bengkok dalam memahami asal usul dan arti bahasa asli Minahasa.
Tak diragukan lagi akan ada cukup kajian ilmiah, bahkan hanya dengan memakai logika sederhana, untuk memahami pelbagai bukti temuan dari sisi linguistik dan bukti pendukung lainnya.
Orang awam pun bisa mengambil kesimpulan logis dan faktual bahwa temuan Welliam ini menyingkap banyak hal tentang leluhur Minahasa dari negeri Han. Temuan yang diharapkan membawa sebuah kesadaran baru demi sebuah perubahan yang bermakna dan berguna bagi manusia Minahasa sendiri, bahkan dalam jaring semesta manusia di bumi yang satu dan sama ini.
Mungkin bukan seperti di dunia kampus akademis yang punya kerangka dan prosedur penelitian ilmiah tertentu, namun sudah jelas Wely dengan bentuk dan caranya sendiri esti disebut sebagai peneliti dan penemu dengan bantuan pelbagai macam ilmu positif sebagaimana yang ditekuninya secara otodidak, dengan kapasitas bahasa dunia dengan metodologi tertentu. Lain daripada yang sudah dipakai kalangan tertentu itu. Karena itu apa yang dia temukan dan beberkan dalam publikasi ini bisa diverifikasi secara empiris, bahkan dengan rujukan teori tertentu, walau menantang sejumlah teori dan keyakinan ilmiah dan mitologis yang dianggap sudah lama.
Dia tidak hanya menulis pernyataan-pernyataan retoris belaka, apalagi membuat mitologis baru, tetapi sebaliknya membeberkannya secara terang benderang, dan sidang pembaca bisa mengkritisinya secara obyektif serta mendialogkannya dengan bebas. Sudah banyak diskusi bahkan seminar publik dan ilmiah diadakan terkait publikasi temuan ini.
Dalam panggung terhormat itu, para pembahas dan peserta sudah menyampaikan persetujuan dan keberatan dengan, atau tidak mampu  menunjukkan argumen dan buktinya sendiri.
 Mimbar-mimbar semacam ini masih akan terus terjadi, dengan segala polemik dan kesimpulan dari pelbagai pihak. Soal sepakat atau sepihak menerima atau menolak kiranya akan terus menambah wawasan dan kedalaman paparan dan keberlanjutan temuan ini.
###
Ada satu hal yang mungkin lolos dari ketertakjuban atau sebaliknya keterusikan sekelompok orang atau kaum akademis tertentu. Bila mengikuti awal mula peristiwa dan motivasi penulis mulai meneliti dan akhirnya menerbitkan hasil penemuan yang menggemparkan tersebut. Ini tak bisa dilepaskan dari pengalaman personal penulis sendiri, Weliam H. Boseke.