Mohon tunggu...
Lyfe

Formalitas Idola dan Iklan

22 September 2015   19:30 Diperbarui: 22 September 2015   19:40 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di era modern ini, komunikasi audio-visual manusia yaitu dengan menggunakan televisi. Televisi merupakan sumber informasi dan hiburan bagi audiencenya yang melihat. Televisi disajikan untuk semua kalangan, tidak hanya orang dewasa sampai orang tua namun juga untuk anak-anak. Saat ini televisi benyak peminatnya, mulai dari menonton iklan-iklannya, mencari berita beritaterbaru, sinetron, gossip dll. Para kaum muda mengganggap media massa ini sebagi sumber informasi publik, karena menurut mereka sangat menarik untuk dilihat dan mudah dipahami isi-isinya.

Menurut Greenfield mengatakan bahwa televisi mempunyai kelemahan yaitu komunikasinya satu arah sehingga khalayak tidak menanggapi apa isi siaran itu secara langsung. Komunikasinya bersifat satu arah maksudnya didalam komunikasi tersebut tidak ada dialog yang terjadi secara langsung antara komunikator dan komunikan. Pengaruh positif atau negatif seseorang khalayak terhadap isi media tersebut itu netral, khususnya untuk anak-anak itu seharusnya dengan bimbingan orang tuanya ia memahami isi siaran untuk diserap itu baik atau tidaknya sehingga tidak begitu terpengaruh dalam tingkah lakunya.

Dewasa ini, iklan-iklan sangat melonjak dan banyak yang menjadi sponsor acara acara televisi seperti sinetron, film, talk show, dll. Di dalam UU No.32 Tahun 2002 pasal 1 ayat 6 dikatakan “ siaran iklan niaga adalah siaran iklan komersial yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyaraktatkan, dan/ mempromosikan barang atau jasa kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk yang ditawarkan”. Dengan adanya kebebasan dalam penyiaran, iklan-iklan dibuat atau diciptakan sedemikian rupa dan sedemikian menariknya mereka berlomba-lomba aagar iklan yang mereka buat dapat menarik konumen dan mengkonsumsi barang atau produk tersebut.

Dalam teori elaborasi menurut Petty dan Cacioppo (1968 dalam Baron & Byrne,1991) dan juga Greenwald (1968 dalam Brehm & Kassin,1990) sewaktu individu dihadapkan dengan pesan persuasif maka ia akan memikirkan pesan itu, memikirkan argumentasi apa yang terkandung di dalamnya dan argumentasi apa yang tidak. Pemikiran-pemikiran (elaboration) inilah yang membawa kepada penerimaan dan penolakan pesan yang disampaikan bukan pesan itu sendiri.

Menurut elaboration likelihood model (ELM) ada dua jalur proses yang akan dipilih individu untuk menerima atau menolak pesan yang disampaikan. Proses yang pertama disebut dengan jalur sentral, dengan jalur ini akan terjadi pemikiran yang hati-hati terhadap pesan tersebut dengan penuh pertimbangan mengenai argumentasi yang disimpulkan dari pesan yang disampaikan. Bila pesan yang disampaikan tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan meyakinkan maka perubahan sikap pun akan terjadi, tetapi sebaliknya bila pesan tersebut tidak terkandung pesan yang meyakinkan maka perubahan sikap itu tidak akan terjadi. Jalur kedua yaitu jalur peripheral, jalur ini tanpa berpikiran yang mendalam langsung mendapat respon dari individu.

Kaitannya dengan toeri tersebut disini saya akan membahas tentang iklan pocky yang mengeluarkan produk barunya. Iklan ini menggunakan center JKT 48 agar produknya menarik bagi kalangan masyarakat karena penggemar JKT 48 banyak. Dengan memakai sticker JKT 48 dan foto personilnya dalam cover pocky, produknya menjadi lebih laku dan menarik anak-anak atau kalangan kaum muda untuk membeli produk tersebut. Bila dianalisis dari dua jalur tersebut, menurut jalur sentral, konsumen akan memikirkan dan berhati-hati dan mendalam terlebih dahulu akan membeli produk tersebut atau tidak, tetapi bila menggunakan jalur peripheral maka konsumen tanpa berfikir panjang akan langsung membeli produk tersebut karena menarik.

Berkaitan dengan hal tersebut maka anak-anak diharapkan belajar berpikir kritis terhadap apa yang mereka lihat dan apa yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari ini diharapkan para orang tua mapu mengawasi dan membingbing anak-anak mereka tentang apa yang anak mereka lihat dari televisi itu dan mengertikah anak-anak tentang maksud dan tujuan acara tersebut. Sehingga perkembangan komunikasi melalui media massa televisi ini dapat berkembang lebaih baik lagi tidak hanya sebagai sumber informasi dan hiburan saja melainkan dapat menjadi media pendidik agar khalayak dapat menambah wawasannya secara lebih luas lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Darwanto, Drs. 2011. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar Offset.
www. Romeltea.com

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun