[caption id="attachment_332476" align="aligncenter" width="319" caption="Joko Widodo"][/caption]
Sebut saja nama teman saya, hai hai. Ia dari Jakarta hendak mudik ke Lampung. Saat naik taksi menuju bandara, hai hai bercakap-cakap dengan supir taksi. Berikut percakapan hai hai dan supir taksi yang hendak mengantarnya ke bandara.
=======
Supir taksi ke bandara: Bapak nyoblos siapa? Jokowi atau Prabowo?
hai hai: Saya mau blusukan ke Lampung. Bapak punya cerita untuk teman-teman tentang Jokowi? Kenapa bapak mendukung Jokowi?
Supir taksi ke bandara: Dulu saya mau ngobatin anak saya ke rumah sakit. Ditolak pak. soalnya nggak punya duit. Sakit ati bener pak. Tapi musti gimana lagi dong? Di rumah sakit mah harus bayar DP 2,5 juta baru dilayanin. Dulu berobat di klinik aja susah pak. pada blagu. Musti bayar mlulu. Begitu Jokowi naik, saya dikasih KJS sama RT, padahal waktu itu nyoblos Foke lho pak. Minggu depan saya mau cuti nih pak. Dokter bilang harus operasi, katanya. Saya tanya dokternya berapa biayanya? Dokternya bilang biayanya berjut-jut tapi bapak nggak usah kuatir, bapak kan udah dijamin KJS. Ya Allah, lega bener sayanya. Untung Jokowi menang. Padahal waktu itu mah saya ke sono ke mari ngajakin orang nyoblos Foke.
=======
Ini adalah kesaksian hidup. Dari ceritanya, saya bisa menarik kesimpulan bahwa KJS membuat bapak supir taksi itu merasa dihormati harkat dan martabatnya sebagai manusia. Supir taksi itu juga bercerita tentang Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan orang-orang sekampungnya yang sudah mendapatkan manfaatnya. Kesaksian hidup yang telah dialami supir taksi tersebut meyakinkannya bahwa di dunia ini ada orang-orang besar yang peduli kepada sesama, seperti Jokowi.
Salam 2 Jari
[caption id="attachment_332477" align="aligncenter" width="607" caption="Joko Widodo"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H