Mohon tunggu...
Stefanus Rahoyo
Stefanus Rahoyo Mohon Tunggu... Dosen - Mantan Guru

Mantan guru yang sekarang menjadi dosen sambil bergelut dengan dunia perbukuan sebagai pekerja buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahasa (Tulis) dan Cara Pikir Kita

5 Januari 2022   07:35 Diperbarui: 5 Januari 2022   07:41 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita menuntut para siswa apalagi mahasiswa berbahasa tulis dengan baik dan benar bukan supaya mereka menjadi ahli bahasa. Bukan! Tidak perlu lagi tidak mungkin semua siswa dan mahasiswa kelak menjadi ahli bahasa. Lalu, untuk apa dan mengapa para siswa dan mahasiswa itu harus dilatih berbahasa tulis dengan baik dan benar?

Bahasa tulis Anda menunjukkan cara pikir Anda. Bila bahasa tulis Anda sistematis, terstruktur, jelas, jernih; bisa dipastikan cara pikir Anda juga sistematis, terstruktur, jelas, jernih. Sebaliknya, apabila bahasa tulis Anda amburadul, tidak terstruktur, ruwet, mbulet; cara pikir Anda pun seperti itu.

Perlu kajian ilmiah, memang. Tetapi, karena cara pikir bisa dilatih, cara menulis juga bisa dilatih dan antara cara berbahasa tulis seseorang dengan cara pikir seseorang saling berhubungan; melatih bahasa tulis siswa dan mahasiswa sesungguhnya sekaligus melatih cara berpikirnya, yaitu membiasakan mereka berpikir sistematis, logis, terstruktur, jelas, jernih. 

Tidakkah semua profesi apa pun kelak membutuhkan cara pikir yang seperti ini? Jadi, di sinilah pentingnya melatih siswa dan mahasiswa berbahasa tulis dengan baik dan benar.

Bahasa tulis Anda menunjukkan cara pikir Anda.

Apa yang sekarang terjadi? Coba baca gambar hasil "tembak layar" yang saya cantumkan. Ini adalah tulisan seorang mahasiswa yang sedang menulis skripsi. Baru membaca sepotong paragraf saja, saya merasa pusing dibuatnya. 

Bagaimana kalau harus membaca 19 halaman untuk satu bab saja? Harap maklum bila para dosen pembimbing skripsi itu frustrasi! (Pembimbing skripsi yang benar, tentu saja!).

Begitupun, sesungguhnya saya bisa menghibur diri. Jangankan tulisan mahasiswa yang sedang menulis skripsi. Baru-baru ini saya membaca tulisan seorang dosen yang telah terbit di jurnal. Bahasanya juga setali tiga uang dengan tulisan mahasiswa ini. Ruwet, melompat-lompat!

Jadi, bagaimana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun