Mohon tunggu...
Stefanus Muryadi
Stefanus Muryadi Mohon Tunggu... Guru - lare redi

Berkah Dalem

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salut, Istri Back-up Suami

13 Desember 2020   14:35 Diperbarui: 13 Desember 2020   14:47 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pepatah bahwa uang bukan segala-galanya benarlah adanya, tetapi dengan uang banyak ada banyak kemungkinan bisa dilakukan, misalnya mendapatkan pendidikan berkualitas, makanan bergizi, rekreasi yang variatif, melakukan perjalanan jauh dan masih banyak lagi.

Persoalannya, tidak semua orang dengan mudah mendapatkan uang banyak. Disini kadang datang hiburan dengan kata-kata, "rejeki sudah ada yang ngatur". Tidak gampang menikmati hiburan tersebut ketika melihat kenyataan ketimpangan yang terjadi. Ketimpangan sebagai realitas dan hukum akan menjadi penyemangat manakala itu bisa merotasi sehingga para pihak bisa waspada dan penuh harap.

Sebaliknya, ketika ketimpangan membudaya karena sistem yang yang diwajarkan, hal inu bisa menjadikan orang frustasi dan tak jarang membawa korban yang tidak kecil.

Dalam sistem seperti itu bisa saja suami berpenghasilan lebih kecil daripada istri, dan membuat suami pada posisi yang sulit. Di satu sisi harus menghidupi di sisi lain tidak kuasa merubah sistem yang membuatnya sehabat apapun bekerja tetap saja pada posisi sulit mendapatkan sesuai yang diharapkan. Sikap saling mengerti antara suami istri bisa meringankan keadaan. Tetapi tidak semua istei bisa menerima hal itu.

Saya mempunyai teman, yang menurut saya luar biasa. Dia seorang ibu. Suatu saat suaminya terkena phk. Menurut teman tadi,pengalaman itu merupakan pengalaman yang sangat pahit. Dia sedang hamil, bekerja tetapi belum diangkat, belum lagi ibunya sakit jantung dan lain situasi yang ada saat itu. Apa yang mereka lakuka . Dia tetap meminta suaminya melakukan aktivitas seperti sebelum di phk, pagi berangkat dan sore pulang. Hal ini untuk menjaga hal yang tidak diinginkan bagi ibunya yang sakit jantung, dan juga untuk hal lain. Sementara itu suami itri tetap berusaha untuk mencari solusi.

Dari pengalaman teman tersebut, saya memaknai bahwa dukungan istri saat suami dalam kondisi tak berpengasilan atau berpenghasilan lebih kecil dibandingkan istri sangat membantu suami untuk menemukan solusi terbaiknya.

Paham bahwa suami menjadi tulang punggung keluarga memang sedikit banyak telah membuat stikma tersendiri bagi suami. Namun diera kesetaraan gender, yang memungkinkan setiao orang entah perempuan entah laki-laki dapat bersaing untuk mendapatkan pekerjaan tertentu dan mendapatkan gaji sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebetulnya paham itu dengan sendirinya terkoreksi. 

Semua dikembalikan kepada kematangan relasi antara suami-istri, didukung kematangan masing-masing pribadi. Hambatan yang perlu diwaspadai adalah ketika suami atau istri belum selesai dengan dirinya sendiri, sehingga menyebabkan pencarian pemenuhan kebutuhan dirinya yang bisa memperparah situasi, khususnya berkaitan dengan pendapatan keluarga. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun