Uang. Semua orang pasti mengetahui nama tersebut. Sebuah benda kecil yang ringan, terbuat dari kertas maupun logam, serta mudah dibawa kemana saja. Pada masa lampau, untuk melakukan transaksi, manusia masih menggunakan sistem barter. Barter adalah sistem dimana manusia saling menukarkan barang satu sama lain. Dalam menukarkan barang, setiap orang harus mencari barang-barang apa saja yang dibutuhkan dan orang lain yang juga menginginkan barang yang kita akan tukarkan. Setelah sekian lama bertahan dengan sistem itu, manusia mulai memikirkan benda-benda tertentu yang ditetapkan sebagai alat tukar. Benda-benda yang akan ditetapkan sebagai alat tukar wajib memiliki nilai tinggi dan bersifat umum. Garam adalah benda pertama yang digunakan sebagai alat tukar oleh bangsa Romawi, namun lambat laun mulai ditemukan uang logam dan uang kertas yang bertahan hingga abad ke 21 ini.
Manusia tanpa uang ibarat rumah tanpa fondasi. Rumah, tidak akan menjadi rumah walaupun dihias dengan berbagai macam perabot jika tidak ada fondasi yang menopang. Begitu juga dengan uang, manusia sepintar dan sehebat apapun tidak akan bisa bertahan hidup jika tidak memiliki uang. Sebegitu pentingnya uang, ada peribahasa yang mengatakan bahwa “waktu adalah uang”. Uang juga menjadi cikal bakal paham kapitalisme. Ideologi yang berasal dari benua Eropa ini menekankan pentingnya kebebasan individu dan menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Pemerintah tentu saja tidak memiliki wewenang untuk mengawasi dan mengontrol masyarakat. Manusia yang memiliki kemampuan lebih akan dengan mudah mendapatkan uang/modal sebanyak-banyaknya dan menjelma menjadi pengusaha sukses(kaum kapitalis). Dalam struktur hirarki masyarakat Eropa, kaum kapitalis menempati posisi puncak mengalahkan State atau negara (raja/ratu). Kapitalisme menciptakan jurang pemisah yang jelas antara si kaya(pemilik modal) dan si miskin(pekerja). Ekonomi hanya dikuasai oleh kaum kapitalis yang dengan bebas mengendalikan pasar. Tahun 2008, IMF menganggap Yunani sebagai negara gagal. Tidak hanya Yunani, negara Spanyol harus mengalami defisit APBN pada tahun 2010 sebesar 11,2 persen. Kasus baru yang muncul di media saat ini adalah Korea Utara meretas perusahaan film Sony Picture milik Amerika Serikat karena menganggap perusahaan film itu merupakan simbol dari kapitalisme. Ketiga hal tersebut mencerminkan dampak negatif dari ideologi kapitalisme.
Kapitalisme tidak hanya terjadi di dalam lingkup Eropa saja, tetapi sudah merambah ke benua Asia, Afrika, dan Amerika. Indonesia adalah salah satu dari negara-negara yang terkena virus kapitalisme. Setiap orang yang mendengar nama Indonesia pasti langsung berpikir bahwa negara tersebut merupakan sebuah potongan surga yang turun dari langit. Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada juga sangat melimpah. Budaya asli yang dibangun oleh bangsa Indonesia adalah budaya timur dengan memfokuskan pada segala sesuatu yang berhubungan dengan etika dan moral. Indonesia dahulu masih murni dari ajaran ideologi negara-negara barat. Keadaan mulai berubah saat kongsi dagang VOC menjejakkan kaki pertama kali di bumi nusantara pada tahun 1596. Kongsi dagang itu sebenarnya merupakan sekumpulan kaum kapitalis/ kaum pemilik modal yang berasal dari negeri Belanda untuk mengeruk kekayaan dari Indonesia. Padahal, VOC itu sendiri mengalami krisis keuangan yang parah namun “tertolong” oleh Indonesia sehingga masih bisa bertahan.
Kedatangan kongsi dagang VOC menjadi ancaman eksistensi budaya Timur. Setiap orang yang berpergian ke negara lain yang berbeda budaya pasti secara tidak langsung membawa budaya asalnya. Begitu pula dengan VOC, meskipun visi awalnya hanya untuk berdagang, tapi jangan lupa bahwa mereka juga membawa budaya asal(budaya Barat). Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa budaya Barat bersifat lebih lunak daripada budaya Timur. Kapitalisme merupakan ideologi pertama yang masuk ke Indonesia, juga termasuk dalam budaya Barat itu. Awalnya, masyarakat merasa tertindas dengan adanya budaya baru itu, akan tetapi di satu sisi mereka sebenarnya menikmati ajaran budaya Barat. Lebih parahnya lagi, Belanda tidak menguasai Indonesia selama 3.4. atau 5 tahun tetapi selama 365 tahun. Bisa dibayangkan, bagaimana kapitalisme telah merasuk ke dalam jiwa-jiwa rakyat Indonesia dan masih dipertahankan pada abad ke-21 ini.
Akibat imbas dari virus kapitalisme, Indonesia telah berubah wujud. Indonesia yang dikenal sangat teguh memegang prinsip etika dan moral, kini sudah menyatu dengan bangsa-bangsa Barat. Budaya Timur menangis akibat tertindas oleh budaya Barat. Hebert Marcuse, seorang tokoh filsuf Jerman-Amerika dengan jitu mengungkapkan bahwa manusia ada dalam 1 dimensi yang sama. Manusia dari berbagai penjuru dunia memiliki tingkah laku yang sama(model pakaian, model rambut, musik , dll) walaupun sebenarnya berbeda kebudayaan. Dunia sekarang tidak berjalan sendiri-sendiri sesuai kebudayaan masing-masing, akan tetapi telah menyatu satu sama lain. Hal inilah yang juga dialami oleh Indonesia saat ini. Walaupun, Indonesia telah memiliki landasan ideologi yaitu Pancasila, namun sebenarnya lebih condong kepada ideologi kapitalisme. Kapitalisme di Indonesia dapat dipandang dari dua segi yaitu ekonomi dan sosial.
Segi ekonomi. Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah membuat Indonesia berada di peringkat 10 dunia negara dengan tingkat GDP terbesar tahun ini. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan bahwa ekonomi Indonesia sudah on track dibandingkan tahun 2012 yang menempati posisi 16. Peningkatan tersebut menggambarkan kapitalisme sudah menyebar luas. Sifat masyarakat Indonesia yang konsumtif membuat segala sesuatu yang berasal dari luar mudah diterima begitu saja. Setiap ada barang baru yang booming, orang langsung cepat-cepat ingin memiliki barang tersebut. Maka tidak heran, bahwa masyarakat kota / desa saat ini sebagian besar sudah memiliki mobil/motor. Pidato Jokowi dalam forum APEC yang salah satu isinya adalah mengajak para investor untuk berinvestasi di Indonesia, semakin menguatkan cengkeraman kapitalisme di tanah air. Media massa Indonesia saat ini menjadi ladang bisnis yang menguntungkan seperti Transcorp dan MNC Group. Acara TV sekarang lebih mementingkan rating yang menghasilkan uang banyak daripada kualitas isinya. Pertumbuhan hotel yang semakin meningkat sebesar 10,7 persen juga mencerminkan kehidupan kapitalisme.
Segi sosial. Kapitalisme berhasil merusak sendi-sendi moral bangsa Indonesia. Kapitalisme membuat orang semakin egois satu sama lain. Para pejabat negara yang korupsi disebabkan oleh hasrat untuk memupuk kekayaan pribadi. Rakyat semakin menderita, hati nurani mereka tertutup oleh hawa nafsu. Prostitusi adalah fenomena sosial yang disebabkan oleh kapitalisme. Pekerja Seks Komersial mengaku nyaman dengan pekerjaan mereka karena memperoleh penghasilan yang layak. Mereka sebenarnya tahu bahwa hal itu buruk, tapi uang adalah prioritas mereka. Miris melihat anak-anak dibawah umur sudah menjadi pekerja. Anak-anak dipaksa untuk mengais rejeki demi mencukupi kebutuhan orang tua mereka. Mereka tidak bisa hidup bahagia menikmati bangku sekolah yang bagus untuk perkembangan sosial mereka. Perdagangan anak semakin marak setiap tahun dan pemerintah tidak sanggup memberantasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H