Mohon tunggu...
Stefanny Nadhia
Stefanny Nadhia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i'm a young journalist that have a strong passion for journalism Please check my blog : stefannynadhia.blogspot.com . Thanks :D

Selanjutnya

Tutup

Money

Saatnya Produk Dalam Negeri Unjuk Gigi

7 Agustus 2015   19:13 Diperbarui: 7 Agustus 2015   19:13 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin masih banyak orang yang berpikir bahwa produk luar lebih menawarkan keseimbangan antara harga jual dan kualitas produk yang baik. Tapi, bersiaplah untuk mengubah pikiran kuno itu. Di tahun 2016 akan menjadi tahun dimana produk dalam negeri mendapatkan banyak tempat dan akses untuk unjuk gigi dalam menjual produk yang kualitasnya tidak kalah dengan produk brand luar negeri.

Pemerintah Indonesia mulai menyadarkan warganya untuk lebih mencintai produk lokal dibanding produk luar negeri. Dalam usaha ini, tentu saja diiringi banyak perubahan yang terjadi untuk mendukung produk lokal, sehingga produk tersebut mendapat tempat yang lebih banyak dan dapat menarik daya beli konsumen, khususnya warga Indonesia.

Wakil menteri Ekonomi Bayu Krisnamurthi, seperti yang dikutip dari kompas.com, mengatakan pada tahun 2016 pasar swalayan dan pasar perbelanjaan modern wajib menjual produk lokal sebesar 80 persen sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Walaupun, peraturan tersebut perlu dikaji ulang

Ia mengatakan jika persentase yang telah disesuaikan itu penting untuk memberikan tempat dan akses bagi produk dalam negeri yang memiliki kualitas tinggi. Namun, pada prinsipnya, pemerintah tidak bermaksud untuk menganggu konsumen untuk menikmati produk dari brand luar negeri.

Perlu disadari bahwa beberapa produk luar negeri pun diproduksi oleh tangan-tangan terampil masyarakat Indonesia. Contohnya saja brand pakaian Zara. Seperti yang dikutip dari detikFinance, produk pakaian Zara yang selama ini dikenal sebagai brand luar negeri tersebut, sebagian produknya diproduksi di pabrik tekstil milik PT. Sri Rejeki Isman (Sritex) yang dimiliki HM. Lukminto dan berlokasi di Desa Jetis, Sukaharjo, Jawa Tengah.

Tanpa disadari, harga jual sebuah produk brand luar negeri dapat melambung tinggi dari biaya produksi. Hal tersebut bukan hanya dilihat dari kualitas produk saja. Melainkan juga nama brand dari produk yang telah mendongkrak tingkat kepercayaan masyarakat atas kualitas yang ditawarkan produknya. Namun, dari segi produksi, tetap saja, produk brand berkelas tersebut lahir dari tangan-tangan terampil negara kita. Dengan kenyataan seperti itu, seharusnya produk lokal sudah tak kalah saing dengan produk luar negeri. Tapi, semua itu kembali pada kepercayaan konsumen terhadap suatu produk.

Sementara itu, beberapa produk karya anak bangsa telah berhasil menembus pasar internasional. Produk-produk tersebut tidak hanya menjual nama brandnya, tetapi menawarkan kualitas tinggi yang setara dengan kualitas produk dari negara maju. Misalnya saja, brand Damn! I love Indonesia produksi Daniel Mananta telah dikenakan Adam Levine saat konser atau gaun karya Tex Saverio yang dikenakan Jennifer Lawrence saat pemotretan film layar lebar Hunger games : Catching Fire. Yang tentunya masih banyak lagi karya anak bangsa dan pengrajin Indonesia yang perlu diapresiasi dan mendapat lebih banyak tempat, sehingga mendongkrak produk dalam negeri dalam pasar nasional dan internasional.

"sumber gambar : damniloveindonesia.com"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun