Mohon tunggu...
Stefani VaneisyaMaharani
Stefani VaneisyaMaharani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY

saya tertarik dengan dunia fotografi

Selanjutnya

Tutup

Film

Fenomena Film Dilan 1991 (2018): Film Adaptasi Populer

11 Desember 2024   20:25 Diperbarui: 11 Desember 2024   20:25 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film adaptasi lahir dari sebuah karya sastra yang sudah ada sebelumnya, seperti novel dan alternative universe (AU) atau tulisan-tulisan lain yang dipublikasikan. Karya-karya itu dicoba untuk dihidupkan atau direalisasikan secara nyata melalui bahasa film. Tantangan terbesar dari adaptasi atas suatu karya ketika karya tersebut populer dan laris terjual dalam jangkauan pasar yang luas. Tentu saja masyarakat khususnya pecinta novel telah memiliki ekspetasi tinggi akan realisasi dari tokoh, alur, dan visualisasinya. Film adaptasi yang diangkat dari suatu novel sebagian besar cenderung memiliki perbedaan cerita dibeberapa bagian. Perbedaan dibeberapa bagian skenario antara karya asli dengan film biasanya disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan seperti menyesuaikan dengan format film, dana pembuatan film, dan durasi film yang terbatas. Selain itu, interpretasi yang berbeda dari sutradara juga menjadi pertimbangannya hingga berdampak pada perluasan dan penyempitan alur cerita yang berbeda dari novel yang diadaptasi.

Dilan 1991 (2019) merupakan salah satu contoh film adaptasi dari sebuah novel karya Pidi Baiq. Pidi Baiq menuliskan karya tentang Dilan ini hingga menjadi banyak buku dengan berbagai judul diantaranya seperti "Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990" , "Dilan Bagian Kedua: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991", "Milea: Suara dari Dilan, dan Ancika: DIa yang Bersamaku 1995".  Semua karya novel Pidi Baiq diadaptasi dan direalisasikan dengan menghubungkan alur cerita dari karya satu ke karya lainnya. Sebagai kelanjutan dari film Dilan 1990 (2018), Dilan 1991 (2019) memiliki tantangan besar dalam merealisasikan nuansa novel dalam bahasa film di bioskop. Terlebih para penonton sudah memiliki ekspetasi tinggi dari film Dilan 1990 (2018) yang berhasil dikemas dan dibawakan sesuai dengan ekspetasi penonton seperti karya aslinya, mengingat film Dilan 1990 (2018) sangat populer hingga menarik perhatian sebanyak  6,3 juta penonton, menurut kemenparekraf.go.id.

Film Dilan 1991 (2019) menyoroti kisah cinta remaja yang fenomenal dengan mengangkat kisah cinta antara Dilan dan Milea yang mulai menghadapi konflik dengan pilihan yang dibebankan pada Dilan antara memilih mempertahankan hubungan dengan Milea atau balas dendam bersama geng motornya. Film ini mendapat jumlah penonton terbanyak di tahun itu sebanyak 5,3 juta penonton. Kesuksesan film sekuel Dilan 1990 (2018) berhasil meraih 2 penghargaan Rekor MURI setelah tiga hari penayangan, dilansir dari kemenparekraf.go.id. Film Dilan 1991 (2019) mendapatkan "Jumlah Penonton Premier Terbanyak di Hari Pertama", dengan angka 80 ribu penonton dan meraih "Jumlah Penonton Terbanyak di Hari Pertama", sebanyak kurang lebih 720 orang. Peraihan jumlah penonton yang banyak ini, salah satunya karena didorong dari kesuksesan film pertama Dilan, sehingga banyak dari pecinta film romansa terlebih para pembaca novel karya Pidi Baiq yang penasaran dengan kelanjutan cerita dari film pertama tentang Dilan.  Selain itu, kepopuleran novel karya Pidi Baiq juga menjadi faktor pendorong kesuksesan film ini.

Dibalik kesuksesan film Dilan 1991 (2019), terdapat beberapa review film dari penonton yang merasa kecewa dengan pembawaan alur cerita dalam film ini. Hal ini tampak pada jumlah penonton yang semakin menurun dari film Dilan 1990 (2018). Dilan 1991 (2019) menuai berbagai kritik, salah satunya adalah penyederhanaan konflik. Penonton merasa ekspetasi mereka tidak terpenuhi di film Dilan 1991 (2019) karena film ini terlalu monoton dan berfokus pada menceritakan konflik saja, tidak ada inovasi di dalamnya. Konflik dalam film ini terasa disampaikan dengan dangkal, sehingga emosi dalam film tidak tersampaikan dengan baik. Untuk mengejar kepopuleran film pertama, sang sutradara justru lebih memilih untuk mempertahankan karakter sesuai dengan film pertamanya, sehingga mengabaikan bahkan menghilangkan beberapa plot dan dialog penting yang ada di novel. Alur cerita juga terkesan terburu-buru untuk mengejar durasi. Film Dilan 1991 (2019) ini menjadi bukti bahwa keberhasilan mengadaptasi suatu karya terlihat pada kemampuan dan interpretasi dari sutradara yang baik dalam pengemasan suatu cerita dan pesan yang coba disampaikan dalam media baru, tidak hanya bergantung pada popularitas karya aslinya.

Sumber referensi:
https://www.kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Deretan-Film-Indonesia-dengan-Jumlah-Penonton-Bioskop-Terbanyak 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun