Mohon tunggu...
Stefani Ditamei
Stefani Ditamei Mohon Tunggu... Mahasiswa - K-drama Enthusiast

Mahasiswa (pejuang tugas akhir) program studi Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia Lomba Hari Kartini, Mana Favoritmu?

21 April 2021   15:22 Diperbarui: 21 April 2021   15:58 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nostalgia Lomba Hari Kartini, Mana Favoritmu? (Kompas.com/Labib Zamani)

Setiap tahunnya di bulan April tanggal 21, hari Kartini merupakan perayaan hari nasional yang selalu  membekas di hati masyarakat Indonesia. 

Sosok Kartini diperkenalkan sebagai pahlawan nasional yang populer karena perjuangannya sebagai pahlawan emansipasi wanita. 

Pengalamannya di masa lalu saat memperjuangkan hak perempuan untuk setara dengan hak laki-laki, membuat Kartini dikenang hingga hari ini. 

Perayaan hari Kartini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan yang khas, seperti lomba Hari Kartini yang diadakan di sekolah dasar hingga sekolah menengah.

Ada banyak tokoh perempuan nasional di Indonesia, mengapa hanya ada 'Hari Kartini'?

Pertanyaan ini sempat terlintas saat saya sedang belajar mengenai tokoh perempuan nasional dari berbagai daerah. Saya menemukan banyak cerita baru mengenai tokoh nasional perempuan di Indonesia. 

Namun, setelah belajar mengenai tokoh perempuan lainnya, yang terlintas di kepala saya adalah: 'mengapa hanya ada hari Kartini'? Mengapa bukan 'Hari Dewi Sartika' atau 'Hari Mahalayati'?

Berdasarkan surat Nomor 108 tahun 1964, per tanggal 2 Mei 1964 oleh Ir. Soekarno, R.A Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. 

Pada surat yang sama, Kartini mendapat penghargaan dengan adanya penetapan 21 April sebagai hari besar Nasional.

Baca juga: Sejarah Pahlawan Raden Ajeng Kartini oleh Dita Kurniawati

Tidak hanya mendapat gelar pahlawan nasional kemerdekaan dan penetapan hari nasional, tokoh dengan nama lahir Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat tersebut selalu dikenang dengan berbagai perayaan, salah satunya adalah lomba hari Kartini. 

Potret sosok R.A Kartini (Kompas.com/Wikimedia Common)
Potret sosok R.A Kartini (Kompas.com/Wikimedia Common)
Masyarakat khususnya anak sekolah, diedukasi sejak awal mengenai perjuangan Kartini dalam pergolakan perjuangan kesetaraan hak perempuan.

Padahal, tokoh nasional perempuan di Indonesia tidak hanya Kartini. Sebut saja Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis, Ruhana Kudus, dan Malahayati. 

Mereka semua berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan berbagai bidang yang berbeda. 

Namun, mengapa hanya Hari Kartini yang ditetapkan sebagai hari besar nasional? 

Secara ilmiah, saya belum menemukan jawaban yang pasti mengapa Kartini dipilih sebagai tokoh utama yang mendapatkan gelar hari nasional. 

Namun, berdasarkan catatan sejarah, tak bisa dipungkiri Kartini adalah tokoh perempuan nasional yang berhasil membangkitkan ide dan gagasannya untuk kepentingan orang banyak, terutama kaum perempuan.

Ide dan gagasan utama R.A Kartini

Ide dan gagasan utama R.A Kartini adalah:

  • Memerangi kebodohan. Terlihat bagaimana R.A Kartini sangat memedulikan kondisi para perempuan yang tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah. Perjuangannya tersebut dibuktikan dengan didirikannya sekolah wanita pada zaman penjajahan Belanda.

  • Memerangi ketidakaadilan. Dalam catatan sejarah, pada waktu silam khususnya di daerah Jawa, perempuan masih terikat dengan budaya patriarki. Perempuan pada masa itu hanya dipandang sebagai 'konco wingking' (berdasarkan istilah budaya Jawa terutama Banyumas) posisi seorang istri hanya berkutat pada kehidupan rumah tangga saja.

Baca juga: R.A. Kartini dan Peduli Literasi oleh Ari Budiyanti

'Pemberontakan' Kartini nyatanya tidak sia-sia. Ia berhasil menumpas ketidakadilan yang dialami perempuan pada masa itu. 

Hari ini, para perempuan bisa mendapatkan hak untuk mandiri dan belajar tidak lepas dari perjuangan R.A KArtini. 

Pentingnya lagi, ide dan gagasan Kartini yang dituangkan dalam suratnya untuk kawan-kawannya di Eropa, dibukukan oleh J.H Abendanon dengan judul 'Door Duisternis Tot Licht' yang berarti 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. 

Buku tersebut pertama kali dibukukan pada tahun 1911.

Berdasarkan fakta tersebut, tidak heran apabila R.A Kartini didapuk sebagai pahlawan kemerdekaan nasional dan hari lahirnya menjadi peringatan Hari Kartini. 

Perjuangan, ide, dan gagasannya hingga hari ini tak pernah mati.

Baca juga: Kartini, Les Femmes, dan Aktivisme Anak Muda 

Nostalgia Lomba Hari Kartini

Setiap tahunnya di tanggal 21 April, saya selalu teringat masa sewaktu duduk di bangku sekolah dasar. 

Saat merayakan Hari Kartini, kami dihimbau untuk datang dengan mengenakan pakaian adat nasional dan mengikuti berbagai perlombaan. 

Berikut ide lomba hari Kartini yang sering diterapkan:

  • Lomba Kartini dan Kartono

Selain menggunakan pakaian adat nasional, ada momen dimana  murid dipasangkan untuk tampil di muka umum. 

Biasanya, lomba Kartini dan Kartono merujuk pada fashion show, pertunjukan bakat, dan membacakan puisi.

  • Lomba memasak dan lomba menghias jajanan pasar

Salah satu lomba hari Kartini yang masih saya ingat adalah lomba memasak dan menghias jajanan pasar. 

Kami diberikan kesempatan untuk menunjukkan keahlian dalam berkreasi di bidang masak-memasak.

  • Lomba Pentas Seni

Selain lomba fashion show, membaca puisi, memasak, atau menghias jajanan pasar, lomba yang sering dilakukan saat hari Kartini adalah pentas seni. 

Murid diberikan kesempatan untuk menunjukkan bakatnya, termasuk menyanyikan lagu 'Ibu Kita Kartini'.

Ilustrasi lomba hari Kartini (Kompas.com/arsip Addy S Widjaja)
Ilustrasi lomba hari Kartini (Kompas.com/arsip Addy S Widjaja)
Itulah nostalgia lomba hari Kartini yang saat ini saya rindukan. Secara pribadi, saya merindukan momen saat menggunakan pakaian adat nasional dan menyanyikan lagu 'Ibu kita Kartini' bersama guru dan teman-teman di sekolah.

R.A Kartini telah tiada, namun ide, gagasan, dan perjuangannya terus dilanjutkan oleh generasi muda Kartini masa kini yang pantang menyerah. Sekali lagi, selamat Hari Kartini! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun