Mohon tunggu...
Stefani Ditamei
Stefani Ditamei Mohon Tunggu... Mahasiswa - K-drama Enthusiast

Mahasiswa (pejuang tugas akhir) program studi Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Presiden Malioboro, Umbu Landu Paranggi

6 April 2021   10:29 Diperbarui: 8 April 2021   01:53 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Umbu Landu Paranggi dan Cak Nun (caknun.com)

Dunia sastra Indonesia tengah diselimuti duka, pada hari Selasa (6/4/2021), pukul 03.55 WITA dini hari, Umbu Landu Paranggi meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara, Denpasar. Tagar #MaiyahBerduka pun ramai di berbagai platform media sosial, seperti Twitter dan Facebook. Mereka mengungkapkan kehilangan atas perginya penyair yang dikenal memiliki andil membesarkan beberapa nama penyair nasional seperti: Linus Suryadi Ag., Korrie Layun Rampan, Suwarna Pragolapati, dan Emha Ainun Najib. 

Berdasarkan informasi yang tertera di Ensiklopedia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penyair Umbu Landu Paranggi lahir di Sumba, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943. Beliau dikenal dan dijuluki sebagai 'Presiden Malioboro', karena aktivitasnya dalam berkesenian sering dilakukan di Malioboro, Yogyakarta. Setelah menyelesaikan studinya di fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, pada tahun 1975, penyair Umbu Landu Paranggi berangkat ke Denpasar dan memulai karirnya sebagai redaktur Bali Post. 

Berikut contoh puisi Umbu Landu Paranggi yang populer: 'Kuda Putih', 'Kuda Merah', 'Sajak Kecil' dan 'Apa Ada Angin di Jakarta'. 

Contoh puisi Umbu Landu Paranggi berjudul 'Kuda Putih' (Balairung Press)
Contoh puisi Umbu Landu Paranggi berjudul 'Kuda Putih' (Balairung Press)

Meskipun beliau sudah pergi, namun karyanya akan terus diingat. Begitu juga dengan karya yang lain, sebagaimana Umbu mengungkapkan harapan atas munculnya generasi baru. Mengutip wawancara yang pernah dimuat di rubrik Insan Wawasan Majalah Balairung No.30/Th.XIV/1999, Umbu berujar: "Ya, setiap generasi punya talenta dan nafasnya sendiri-sendiri, semacam kekuatan dan semangat yang menggerakkan zaman yang menghidupinya. Akan selalu ada kesaksian-kesaksian yang mewakili suara generasi."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun